Jembatan yang menghubungkan Tenggarong Kota dan Tenggarong Seberang itu dikabarkan roboh pada Sabtu (26/11). Musibah yang menelan sejumlah korban jiwa ini pun menarik perhatian Probo untuk melakukan rekayasa forensik guna mengetahui penyebab ambruknya jembatan.
”Berdasarkan kondisi di lapangan dan keterangan para saksi di lokasi kejadian, saat ini saya sudah memiliki hipotesa awal terkait penyebab jatuhnya jembatan,” ujar Probo kepada para wartawan. Namun mantan rektor ITS itu mengatakan bahwa hipotesa ini masih perlu analisa lebih lanjut.
Selama 10 tahun beroperasi, jembatan sepanjang 710 meter itu dikabarkan pernah tertubruk kapal tongkang pada 2006 silam. Santer dikabarkan, hal itulah yang memicu kerusakan dan berujung pada ambruknya jembatan. Tapi Probo yang sudah mengunjungi lokasi kejadian secara tegas mematahkan pendapat itu.
”Bukan pernah ditubruk kapal yang menyebabkan jembatan ambruk,” tegas Probo. Menurutnya, jembatan tersebut ambruk disebabkan oleh aktivitas perbaikan yang sedang dilakukan terhadap jembatan. Saat itu, pada jembatan memang sedang dilakukan penaikkan lantai kendaraan yang sebelumnya mengalami penurunan hingga 72 cm.
Penaikan lantai kendaraan itu dilakukan dengan dongkrak yang berdiri di atas landasan yang bertumpu langsung pada kawat-kawat penggantung. Hal itu menurut Probo menimbulkan gaya-gaya yang menyebabkan beban berlebihan pada kawat. Lebih dari itu, fakta bahwa arus kendaraan yang tidak ditutup selama proses penaikan memungkinkan timbulnya beban kejut.
Probo pun menyampaikan berbagai temuan yang memperkuat hipotesanya. ”Tidak ada kawat yang putus, justru patahannya terjadi pada pin yang terdapat di klem-klem di bagian atas kawat penggantung,” ujarnya. Probo menjelaskan hal itu disebabkan beban yang timbul oleh aktivitas dongkrak yang bertumpu pada kawat penggantung.
”Tapi saya harus mencocokkan apa betul hipotesa saya ini dengan bangkai badan jembatan yang saat ini masih belum diangkat,” aku dosen Jurusan Teknik Sipil itu. Ia mengatakan berangkat dari hipotesa awal ini, selanjutnya akan dilakukan analisa dengan model komputasi dan pengujian material jembatan di laboratorium.
Soal waktu terselesaikannya proses forensik ini, Probo mengatakan tergantung jalannya proses evakuasi dan administrasi. ”Bisa cepat, bisa lambat, karena untuk menggunakan barang bukti kita juga harus meminta ijin kepolisian,” katanya.
Pada kesempatan itu Probo pula menyampaikan salah satu pelajaran penting dari kejadian ini. Ia menilai bahwa selama ini pemeliharaan bangunan di Indonesia masih dianggap tidak terlalu penting. ”Pemeliharan sesungguhnya tidak lebih mudah dari proses perancangan dan pembangunannya,” pungkasnya. (ald/fi)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung