ITS News

Minggu, 21 Desember 2025
29 November 2011, 13:11

Pamer Karya, Despro Gelar Duduk Exhibition

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Furniture, setiap mahasiswa Despro diwajibkan membuat suatu karya fasilitas duduk yang harus mereka wujudkan dari kreativitas dan pengembangan suatu sumber ide bentuk. ”Tugasnya adalah membuat fasilitas duduk, bukan hanya sekedar kursi berkaki tiga atau empat,” ungkap Dosen Desain Furniture, Thomas Ary Kristianto SSn MT.

Sumber ide bisa dieksplorasi dari berbagai macam bentuk sesuai keinginan. Hanya saja, yang menjadi beban adalah setiap mahasiswa harus memberikan sentuhan transformasi desain dari sumber ide yang mereka pilih. ”Transformasi desain sendiri mempunyai beberapa tingkatan, semakin banyak tahapan transformasinya maka akan semakin bagus,” tambah Thomas.

Dan benar saja, dari berbagai macam sumber ide yang mereka pilih, seperti scorpion, kubik, domino, sampai parang rusak terbukti menghasilkan karya tempat duduk yang unik dan menarik. Meski begitu, bukan hanya transformasi desainnya saja yang dinilai melainkan ada beberapa poin penilaian lain. Seperti struktur, estetika, dan juga ergonomi dari setiap karya fasilitas duduk yang mereka hasilkan. Hal itu yang menyebabkan proses asistensi dosen yang dilakukan harus ditempuh hingga lebih dari lima kali.

Dalam pameran ini, selain dibuka untuk sivitas akademika ITS, Thomas juga mendatangkan industri furniture di sekitaran Surabaya. Selain menjadi ajang pamer karya, juga mempersiapkan karya mahasiswa ini untuk diikutkan Lomba Desain Furniture Nasional tahun depan, serta Indonesia Furniture Desain Award (IFTA) 2012 nanti.

Berry Chaerul Basyir, mahasiswa Despro yang didapuk menjadi ketua panitia Duduk Exhibition ini mengaku bangga dan puas dengan setiap furniture karya yang untuk pertama kalinya dibuat oleh dirinya dan teman-temannya. ”Awalnya kami hanya disuruh untuk membuat desain transformasi bentuk, kami tidak menyangka kalau desain tersebut harus direalisasikan,” kata mahasiswa angkatan 2009 ini.

Dirinya dan teman-temannya baru ditugaskan untuk merealisasikan desain mereka di pertemuan ketiga kuliah. Meski sempat shock dan panik, mengingat desain yang mereka buat sudah terlanjur unik, tetapi rasa penasaran untuk mewujudkan desain mereka ke bentuk asli rupanya jauh lebih besar.

Hal itulah yang membuat mereka tak ragu lagi bahkan untuk merogoh kocek saku hingga hampir mencapai satu juta rupiah untuk setiap kursi. ”Tergantung bahannya, yang pakai kayu ya harus mengeluarkan uang lebih banyak,” tambah Berry yang mendesain tempat duduk dari transformasi desain etnik parang rusak dipadu dengan gamelan ini. Tak sampai disini, Thomas mengungkapkan tugas desain furniture ini akan berlanjut dengan tugas desain furniture dengan berbahan kardus. (fz/fi)

Berita Terkait