ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
16 November 2011, 16:11

SNFATK, Kupas Permasalahan Lingkungan dan Energi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Secara khusus seminar tahunan ini mendatangkan beberapa pembicara handal dalam mengupas masalah pelik ini. Ir Hermien Roosita MM, pembicara pertama menuturkan permasalahan lingkungan hidup menunjukkan bahwa modal alam merupakan seperempat kekayaan indonesia. Dengan kata lain, ketika lingkungan menjadi masalah besar maka perekonomian Indonesia akan terancam.

Hal tersebut bisa terlihat dari masalah air bersih dan sanitasi yang tak kunjung usai. Dunia kesehatan yang selalu penuh dengan problema juga tak luput dari permasalahan ini. Belum lagi kerugian yang disebabkan penggundulan hutan, kerusakan tanah, dan kerusakan kawasan pesisir serta laut. "Ini tak relevan jika ditanggung kaum miskin," tutur Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup tersebut.

Diakuinya, industri bisa membantu menyelesaikan masalah ini melalui industri ramah lingkungan. Sebab, pihak industri juga menjadi pihak yang turut andil dalam permasalahan lingkungan. Terbukti, limbah masih saja ada yang belum diolah dengan baik. "Untuk mengurangi dampak lingkungan akibat proses produksi, profesi teknik kimia harus mampu menerapkan prinsip eko-efisiensi dalam proses produksi," tuturnya.

Eko-efisiensi dapat dilaksanakan dengan menyediakan barang dan jasa dengan harga yang kompetitif untuk memenuhi kebutuhan manusia dan memperbaiki kualitas hidup. Bisa juga untuk mengurangi dampak ekologis dan intensitas penggunaan Sumber Daya Alam (SDA) sepanjang daur hidup produk secara progresif. Namun, yang harus diperhatikan adalah tetap memperhatikan batas-batas daya dukung lingkungan.

Lain lagi dengan Ir Rukmi Hadihartini MM. Sebagai pembicara kedua, ia lebih menyoroti masalah energi sesuai dengan jabatannya sekarang sebagai Direktur SDM PT Pertamina. Menurutnya, bioenergi menjadi hal penting yang harus ada. Entah itu biodiesel ataupun bioetanol.

Pasalnya, bioenergi memang memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya, emisi gas buang yang ramah lingkungan merupakan bahan bakar terbarukan, mempunyai sifat detergensi (membersihkan), tak membutuhkan modifikasi mesin, dan mampu memperpanjang umur mesin. "Saat ini, Pertamina sudah melakukan distribusi biosolar," jelasnya sembari menunjukkan daerah yang telah menjadi tempat pemasaran.

Tak hanya itu, program uji coba serta pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Pertamina, juga tidak luput dalam pemaparannya. Mulai dari pengujian ketahanan biosolar, uji kinerja diesel, uji fiels test green diesel, dan aneka pengujian lainnya. Bagi Rukmi, sekarang sudah saatnya Indonesia memiliki rencana pengembangan yang matang untuk EBT. "Alga, green diesel, bioavtur, dan biomass harus dikembangkan," tandasnya. (esy/fi)

Berita Terkait