Wayan Nanda, memang potret salah satu mahasiswa yang masih peduli dengan budaya bangsa. Baginya, dunia wayang sudah mencapai tahap kritis. Melupakannya pun sudah menjadi bagian generasi muda. Jalan-jalan ke tempat wisata lebih menarik dibanding mengunjungi museum wayang.Wayan memang menyayangkan sikap generasi muda saat ini.
"Padahal,wayang itu unik. Bentuknya lucu," tutur mahasiswa jurusan Desain Produk Industri ini. Ia pun menyebutkan, mulai dari Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hingga Pandhawa memiliki bentuk khas. Tak ketinggalan, desain wayang dengan aneka batik pun turut menarik perhatiannya pada warisan bangsa ini.
Wayan menyukai Wayang. Terdengar unik memang. Brand itu sudah terkenal dikalangan orang-orang terdekatnya. Nyatanya, ia benar-benar menyukai wayang. Hampir semua karyanya menggambarkan hal serupa. Berbagai animasi terkait wayang pun telah rampung dikerjakannya. "Sekarang waktunya generasi muda membuat wayang menjadi mudah dikenali dan disukai. Bisa lewat animasi atau komik," ujar mahasiswa yang baru saja lulus ini.
Jika berkunjung ke facebook-nya, nama wayang labs studio pun akan menampilkan sederetan video wayang Mahabharata dengan aneka cerita. Video-video tersebut memang menjadi bagian dari lomba animasi yang pernah diikutinya. Pantas saja, dari finalis sepuluh besar hingga juara pertama tingkat regional sudah pernah digondolnya.
"Saya memang suka ikut lomba yang bertemakan wayang," ungkap pria kelahiran 20 Agustus 1988 sembari tersenyum. Selain lomba animasi, ia tertarik mengikuti lomba desain komik strip dengan tema wayang dan kita. Secara khusus, lomba ini digelar Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi) dan PT Gelar Nusantara.
Karena sebelumnya telah sering mendesain wayang, lomba kali ini pun terasa lebih mudah. Meski ia hanya memiliki waktu deadline yang cukup singkat."Sempat terbentur dengan proyek animasi," tutur mahasiswa yang gemar menggambar sejak kecil ini menyebutkan alasannya. Proyek animasinya memang harus dirampungkan dengan cepat pula untuk keberlanjutan lomba yang baru saja diikuti di Malang.
Tak rumit, Wayan memberikan konsep sederhana pada desain komiknya. Tokoh Arjuna yang telah digemari sejak lama telah menghiasi karyanya. "Saya gambarkan Arjuna yang jago memanah. Saya suka kisah itu," terang pria yang kini kerja di pertelevisian lokal di Surabaya.
Style desainnya pun bertajuk retro style. Simpel, semacam penggambaran animasi Powerpuff Girl, Fairy Odd Parents, dan sejenis lainnya. Yang membedakan dari komik lainnya, ia benar-benar melakukan penyederhanaan kata-kata. Tak ada kalimat panjang, hanya kata-kata ringan, seperti gedubrak.
Ia tak menyangka ide konsep ini justru mampu meraih juara kedua. Padahal, ia menilai, semua karya yang masuk finalis benar-benar mengerikan hasilnya. "Artwork mereka keren-keren. Semua pantas jadi juara pertama," ungkapnya kagum. Ia sendiri mengaku sudah puas dengan hasil yang diperolehnya.
Ke depan, ia berniat membuat studio animasi bersama timnya. Dan tema wayang akan selalu diangkatnya. "Mumpung masih muda ayo terus berkarya untuk bangsa," tukasnya. (esy/el)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung