ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
05 November 2011, 13:11

Ikuti Konferensi Pemuda Nasional Lewat Karya Tulis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Partisipasi keempat mahasiswa Teknik Informatika tersebut berawal dari niat coba-coba mengikuti Lomba Karya Tulis bertema Kepemudaan. ”Saya tahunya dari internet. Karena menarik, saya coba untuk ikut,” terang Andre. Lantas, ia pun mengajak Dedy, Jalu dan Nada.
 
Awalnya mereka hanya mengumpulkan abstrak mengenai konsep, strategi, dan peluang  pemuda dalam menghadapi globalisasi. ”Ternyata lolos, kemudian baru mengumpulkan karya tulis lengkapnya,” lanjutnya.

Andre menjelaskan, konsep yang mereka usung ialah memanfaatkan koperasi sebagai ekonomi mikro. Pemuda berperan sebagai penggerak koperasi ini. Menariknya, koperasi yang mereka gagas berbasis web sebagai teknologi. ”Alasannya, kami kan mahasiswa Informatika,” canda mahasiswa angkatan 2009 ini. Selain alasan itu, web merupakan teknologi yang sudah dikenal meluas oleh pemuda.

Nada menjelaskan, web yang mereka gagas sedikit unik. Web tersebut terintegrasi antara satu koperasi dengan yang lainnya sehingga, memungkinkan terjadi hubungan antar koperasi meski dalam area berbeda. Dengan sistem tersebut diharapkan ada saling pemenuhan kebutuhan antar koperasi.

Andre menambahkan, secara tidak langsung, konsep ini akan kembali menjalankan aturan pemerintah untuk kebutuhan koperasi. ”Berdasarkan Undang-Undang, seharusnya kebutuhan koperasi A itu dipenuhi oleh produk dari koperasi lain, sedangkan koperasi A memenuhi kebutuhan koperasi lain,” lanjut Ketua Departemen Hubungan Luar HMTC itu.

Kompetisi final pun digelar Jogjakarta selama tiga hari mulai Sabtu (21/10). Bersama tim lain dari Jurusan Teknik Mesin ITS, mereka menjadi wakil ITS dalam kompetisi tersebut. Sayangnya, keberuntungan menjadi juara belum berpihak kepada mereka.

Selama tiga hari mereka tidak hanya sekedar berlomba. Pasalnya, mereka juga menjadi peserta dalam Konferensi Nasional Pemudaan. Dedy mengaku, mereka mendapat banyak pengetahuan baru, utamanya mengenai masalah mahasiswa dari penjuru Indonesia.

Menurut keempatnya, permasalahan yang paling berkesan adalah cerita mahasiswa Madura mengenai permasalahan wilayahnya. Masyarakat Madura tergolong masyarakat tertutup yang takut akan industrialisasi. ”Konferensi ini menyadarkan kami bahwa ternyata masih banyak pemuda peduli terhadap daerahnya,” terang Ketua HMTC ini.

Wakili ITS Jadi Deklarator Kepemudaan
Saat konferensi tersebut, Dedy berkesempatan menjadi salah satu deklarator kepemudaan. Ia bersama  empat mahasiswa lain dari UI, UNM, UNEJ dan Universitas Syah Alam Aceh berkewajiban merumuskan deklarasi bagi seluruh peserta konferensi. ”Saya sebenarnya korban dari teman-teman. Tapi ini jauh lebih baik. Setidaknya meski tidak menang masih menjadi deklarator,” lanjutnya.

Tugas Dedy terbilang cukup berat. Pasalnya ia harus merangkum berbagai usulan dari seluruh peserta forum dalam sebuah naskah deklarasi kurang dari tiga jam. ”Totalnya lima halaman, harus dimampatkan dalam tiga poin,” ungkapnya. Naskah tersebut yang akan dibacakan dalam Simposium Nasional 

Hasilnya, ada tiga hal yang berhasil dirumuskan. Yaitu deklarasi kemampuan mahasiswa dalam kemandirian, kemampuan mahasiswa sebagai pencetak perubahan (creator of change) bukan hanya agen perubahan (agent of change) dan mahasiswa sebagai penjaga identitas bangsa.

Sayangnya, sejauh ini belum ada tindakan lebih lanjut dari deklarasi tersebut. Hanya saja, tanggapan postif telah didapat dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Jawa Tengah, Pusat Studi Kepemudaan Indonesia di Jawa Tengah, dan dari perwakilan LIPI yang hadir dalam simposium. ”Yang jelas, tiga hal tersebut menjadi pengikat setiap anggota forum ini,” lanjutnya. (ran/fi)

Berita Terkait