Kultam bertajuk Serambi Nusantara (Setara) ini digelar di lapangan rumput yang menjadi pusat Arsitektur ITS. Penerangan diatur temaram. Sorot lampu hanya dari sisi depan.
Para peserta kuliah pun bebas mengatur tempat duduknya. ”Kalau kuliah kesannya membosankan, makanya diatur dalam bentuk diskusi,” terang Rendy Hendrawan, ketua pelaksana kegiatan ini.
Dengan tema ‘Indonesia Mengkini? Adakah Harapan?’, kultam ini menghadirkan empat pembicara yang kompeten dalam bidang arsitektur. Yu Sing, arsitek penerima penghargaan internasional atas karya rumah dari bahan bekas. Ada pula Singgih ‘Magno’ Kartono, desainer pencipta radio kayu yang telah mendunia. Selain itu, hadir juga Budiman Hendropurnomo, arsitek Novotel Hotel Jakarta. Panitia turut mengundang Putu Mahendra, arsitek Bali serta alumni ITS, namun ia berhalangan hadir.
Rendy memaparkan lebih lanjut, bahwa acara tersebut membahas potensi arsitektur nusantara untuk dikembangkan. ”Selama ini Indonesia masih berkiblat pada gaya barat,” lanjutnya. Padahal, gaya arsitek barat tidak selalu sesuai dengan iklim dan konteks Indonesia. Para arsitek bergantian menyajikan penjelasan bagaimana menyiasati arsitektur yang bernuansa kenusantaraan dalam konteks moderen.
Selain menghadirkan pembicara yang kompeten, acara ini dipandu oleh dua pakar akademisi arsitektur Indonesia. Masing-masing adalah Prof Dr Ir Josef Prijotomo M Arch dan Dr Galih Widjil P. Keduanya sudah dikenal di kancah internasional terkait dengan upaya mereka memberdayakan arsitektur nusantara.
Menurut rekan Rendy yang juga panitia, Arya Wishnu Wardhana, arsitek saat ini jarang mengenal arsitektur khas Indonesia. Melalui acara ini, mereka berharap lebih banyak arsitek yang kenal dan mampu mengembangkan gaya arsitekur nusantara.
Acara ini merupakan klimaks dari rangkaian kuliah akhir pekan yang telah berlangsung selama satu tahun. Rangkaian kuliah ini umumnya digelar setiap Sabtu pagi di ruangan khusus. Namun puncak acara ini sengaja disajikan dengan konsep yang berbeda. Apalagi dengan waktu yang bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda. Di akhir acara, para peserta dan pembicara bersama-sama menyatakan kembali Sumpah Pemuda.
Ide awal dari Setara ini berasal dari Josef sendiri. ”Awalnya merupakan bentuk keprihatinan dari dihilangkannya mata kuliah Arsitektur Nusantara di tahun 2009,” papar Arya. Padahal, arsitektur khas nusantara merupakan hal penting sebagai ungkapan jati diri arsitek Indonesia.(ran/lis)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,