ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
08 Oktober 2011, 11:10

IKA ITS Gelar Kongres di JCC

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Organisasi yang berdiri pada 41 tahun yang lalu ini telah beranggotakan 73 ribu alumni ITS. Tersebar di berbagai sektor usaha dan profesi dari birokrasi, industri ataupun akademisi. Tidak sedikit alumni ITS yang menduduki jabatan strategis seperti direktur  juga mentri. ”Itu berarti alumni ITS mendapat kepercayaan dalam memberikan kontribusi bagi negara,” ujar Ir Dwi  Sutjipto MM, ketua umum IKA ITS dalam sambutannya.

Sejatinya, kongres ITS hanya memilih Ketua Umum (Ketum), anggota senat  dan  menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Program Kerja (Gabaka). Namun kali ini, turut dimeriahkan oleh FGD dan Teknov 2011. FGD kali ini dibagi dalam empat bidang keahliah yaitu koperasi,  BUMN, energi dan sumber daya mineral yang terakhir adalah bidang Industri. Tidak tanggung-tanggung, FGD menghadirkan narasumber dan panelis  yang berkompeten dalam bidangnya, semisal Menteri Koperasi dan Menteri ESDM .

Dalam FGD akan terjadi tukar pikiran antara akademisi, birokrasi dan industri. ”Hasil dari FGD ini akan kami sampaikan pada pemerintah terkait, sebagai sumbangsih IKA ITS ke negara,” ujar Dwi.  Sedangkan Tenov 2011, bertujuan menjadi penghubung antara alumni ITS, mahasiswa, industri, pemerintah dan teknologi yang sudah dihasilkan ITS.

”Diharapkan dengan adanya Tenov 2011 dapat memicu perkembangan technopreneurship. Seiring dengan penyelarasan antara industri dan akademisi,” terang Dwi,

Acara dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti kesekretariatan baru IKA ITS oleh Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA , Menteri Pendidikan Nasional RI. Setelah itu, acara melangkah pada Kajian utama yang disampaikan oleh Nuh, sebagai keynote speaker.

”IKA ITS ini ekslusif karena yang bisa menjadi anggota hanya alumni ITS. Tapi harus inklusif dalam memberikan kemanfaatan,” ujar Nuh membuka pidatonya yang disambut tepuk gemuruh para hadirin.

Lebih lanjutnya Nuh menjelaskan bahwa  Indonesia mempunya peluang untuk meningkatkan pendapatan perkapita negara. Tiga faktor utama yang mendukung adalah ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, pengalaman dan sumber daya manusia.

Dulu, Indonesia pernah mengalami fase  yang sangat kritis. Banyak orang lalu menjadi skeptis . Nyatanya, Indonesia hingga saat ini masih dapat menjadi negara kesatuan. ”Itu adalah salah satu modal pengalaman yang berharga. Sehingga penduduk Indonesia dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut,” terang Nuh.

Indonesia juga memiliki penduduk dengan jumlah diatas 200 juta. Menurut data statisik, kira-kira pada tahun 2010–2040 jumlah usia produktif di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan non produktif . ”Ini adalah keempatan emas, siklus ini tidak akan terulang hingga 100 tahun kedepan,” ujar Nuh didasarkan oleh kajian yang ada.

Maka itu, lanjut Nuh, kesempatan sudah di depan mata. ”Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. Tidak semua negara beruntung mempunya tiga faktor tersebut,” lanjut Nuh.

Disamping itu, Nuh juga mengutarakan bahwa Indonesia seharusnya mempunyai Institut Seni dan budaya.  ”Agar Indonesia tidak kehilangan identitas dan budaya nenek moyang ditengah arus globalisasi,” pungkas Nuh mengakhiri pidatonya. (az/hoe)

Berita Terkait