ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
06 Oktober 2011, 23:10

Cetak Sejarah dengan Lulus Termuda

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika ini menjadi mahasiswa termuda yang pernah lulus dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), setelah dinyatakan lulus pada Wisuda 103 lalu di Grha ITS. 

Sosoknya ramah, penampilannya tak ubahnya mahasiswa lainnya. Jauh dari kesan cupu yang identik dengan mahasiswa jenius pada umumnya. ”Semuanya melalui proses yang panjang,” terang Agung. Ia mengungkapkan, perjalanannya dimulai ketika ia baru berusia empat tahun. Di saat teman-teman seusianya masih sibuk bermain, ia telah menempuh pendidikan di bangku kanak-kanak.

Setahun kemudian, ia pun melanjutkan ke tingkat dasar. Jika umumnya, SD ditempuh dengan enam tahun, Agung hanya menempuhnya selama lima tahun. ”Kelas satu dan dua masing-masing setengah tahun,” terang mahasiswa asli Surabaya ini.

Pendidikan akselerasi juga ia tempuh ketika masuk  Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, di tingkat Sekolah Menengah Atas, Agung menempuhnya dengan normal. Demikian dengan pada tingkat perguruan tinggi. ”SMA tiga tahun, jadi mahasiswa pas delapan semester,” lanjutnya.

Meski menjadi mahasiswa termuda di Teknik Informatika ITS, tak ada perlakuan khusus terhadapnya. Baik itu dari dosen ataupun mahasiswa lain. Demikian ketika Orientasi Mahasiswa Baru (OMB), ia mengaku juga diperlakukan sama dengan mahasiswa lainnya. ”Saya tidak ingin merasa paling muda. Makanya saya tidak menyebut teman-teman dengan sebutan mas atau mbak”, katanya.

Bukan Mahasiswa Kupu-Kupu

Mahasiswa pintar terkadang dikenal dengan mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang, red). Diakuinya ia bukan termasuk ke dalam golongan tersebut. ”Bukan saya banget,” tegasnya. Di jurusannya sendiri, Agung termasuk salah satu mahasiswa aktif. Mahasiswa kelahiran 14 Nopember 1992 ini bahkan sempat menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HMTC) di tahun ketiganya.

Di tahun pertama dan kedua pun, Agung juga tidak tertutup terhadap dunia luar. Mahasiswa yang mempunyai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3.52 ini pernah menjadi anggota Panitia Pemilihan Umum (PPU) ITS, menjadi tim formatur terbentuknya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakulas Teknologi Informatika (FTIf). ”Hanya formatur, tidak masuk eksekutif,” ucapnya.

Disinggung masalah belajar, ia mengaku bukan tipe orang yang suka belajar sendiri. ”Saya nyaman belajar dengan teman. Santai saja,” akunya.  Bahkan, dia bukan tipe orang yang memiliki sederet rencana untuk setiap jamnya.

Sama dengan mahasiswa lain, memasuki tahun keempat, ia juga disibukkan dengan kegiatan laboratorium. Baginya, laboratorium telah menjadi rumahnya. ”Saya jarang pulang. Sehari-hari kuliah dan di laboratorium,” ujar alumni SMAN 2 Surabaya ini.

Tak Pernah Menyesal

Langkah Agung hingga sampai seperti saat ini, tak lepas dari dukungan orang tuanya. Menurutnya, orang tuanyalah yang mengarahkannya untuk masuk sekolah di usia muda. Ia baru menyadari jika ia ”berbeda” dengan teman-temannya ketika memasuki tingkat SMA. ”Sudah terlanjur, ya maju terus,” kata anak pensiunan pegawai negeri sipil, pasangan Bambang Hermanto dan Sri Diah Isnaeni itu.

Meski begitu, tak pernah terpintas di pikirannya untuk menyesal. Justru ia merasa sangat bersyukur karena memiliki kesempatan yang lebih dibanding teman-temannya yang lain. ”Bebannya di awal, semakin ke sini semakin gampang,” lanjutnya.

Menurut Agung, dengan menjadi berbeda ia memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam berkarir. ”Saya bisa kerja, atau bisa sekolah lagi, waktunya masih cukup panjang,” ungkapnya.

Meski telah menjadi sarjana, Agung tetap setia pada kampusnya. Sambil menunggu pengumuman untuk kuliah Strata 1 (S2), ia masih disibukkan dengan berbagai riset yang dilakukannya bersama Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD. ”Saya juga lagi menunggu jawaban lamaran pekerjaan,” ungkapnya.

Pesan Kepada Mahasiswa

Tak lupa, sebelum meninggalkan kampus tercintanya, Agung menyoroti beberapa kultur ITS yang mulai ditinggalkan oleh mahasiswa ITS. Menurutnya, kampus sekarang semakin sepi. Mahasiswa sekarang semakin jarang kelihatan di kampus. Padahal, dahulu kampus adalah rumah kedua mahasiswa. ”Kampus itu tempat berinovasi, tempat diskusi,” tegasnya.

Ia pun kembali mengingatkan jika ITS adalah kampus perjuangan. Setiap mahasiswa dituntuk untuk meghargai perjuangan itu. ”Tidak hanya datang kuliah pulang. Manfaatkan kesempatan yang ada, mumpung masih mahasiswa,” pungkasnya di akhir wawancara. (ran/rik)

Berita Terkait