ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
01 Oktober 2011, 13:10

Kelar Double Degree di Belanda, Bawa Banyak Pengalaman

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Angga merupakan angkatan kedua yang berhasil berangkat ke Belanda setelah Maria Bernadet Karina Dewi, Mohammad Yusni Aziz, dan Feni Kusumawardani, tiga mahasiswa angkatan 2006 Arsitektur ITS. Angga mengaku mendapatkan banyak pengalaman berkesan saat menempuh studi di negeri tulip itu. Salah satunya, kuatnya ikatan orang-orang Indonesia di sana. ”Layaknya para perantau yang menemukan teman seperjuangan, kami, mahasiswa Indonesia, seperti keluarga lama dan kembali bertemu,” ujarnya.

Pengalaman berkesan lainnya, saat ia dan tim beranggotakan mahasiswa dari Semarang, Jerman, Nigeria, dan Hungaria, berhasil memperoleh juara 3 di kompetisi desain jalur sepeda tingkat nasional. ”Kami satu-satunya international student di sana. Kami menyisihkan pesaing-pesaing lokal. Sesuatu banget lah pokoknya,” ujarnya bangga sambil terkekeh.

Jalan Angga tak mulus rupanya. Ia sempat merasa kesulitan terkait perbedaan jurusan yang diambilnya di Indonesia dan di Belanda. Angga datang dari Jurusan Arsitektur, namun di Belanda, ia mengambil Urban Design. Meski kedengarannya mirip, namun sejatinya berbeda.

Angga mengungkapkan, walaupun mahasiswa internasional dan mahasiswa Belanda sama-sama berada di tahun terakhir, perbedaan pengetahuan tentang Urban Design cukup terlihat. Angga merasa seperti mahasiswa tahun pertama yang harus sekelas dengan mahasiswa tingkat akhir. ”Namun, dengan kerja keras ala ITS, hal tersebut lambat laun bisa teratasi,” ungkapnya senang.

Di jurusan Urban Design, Tugas Akhirnya sedikit berbeda dengan jurusan-jurusan lain di Saxion University. Ia membuat portofolio yang menyertakan tugas dari semester 7 dan 8. Di dalamnya berisi proyek-proyek yang dikerjakan selama setahun di sana.

Saat semester 7, Angga mendesain Rest Area di Italia dengan latar belakang kejenuhan yang melanda para pengemudi di sana. ”Saya rasa diperlukan rest area di beberapa titik di jalan tol,” tutur Angga. Sementara di semester 8, ia mendesain Waving Public Space yang mengadopsi potensi-potensi dan kebutuhan-kebutuhan lokal.

Angga menceritakan mekanisme seleksi program double degree yang diikutinya dulu. ”Standar. Hanya melengkapi syarat-syarat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), International English Language Testing System (IELTS), dan berbagai berkas-berkas yang diperlukan,” tuturnya. Saat itu,
kebetulan perwakilan langsung dari kampus Belanda-lah yang mengadakan tes IELTS di ITS. ”Tesnya gratis,” terang Angga.

Angga pun tak pelit berbagi tips jitu mendapatkan beasiswa. ”Cari info beasiswa di mana saja, sejak jauh hari,” ujarnya. Jika ingin double degree, Angga menghimbau untuk mencari info dari semester-semester awal. Begitu juga jika ingin mengambil program master, sehingga dapat mempersiapkan dengan matang apa saja yang dibutuhkan. ”Sering main ke International Office di rektorat, sering buka internet,  follow akun-akun beasiswa di Twitter, add akun beasiswa di Facebook, tanyai dosen atau kajur tentang beasiswa. Pokoknya jadi beasiswa hunter!” terang Angga menggebu.

Saat ini, Angga hanya menghabiskan waktunya untuk berlibur di kampung halamannya, Bali. Setelah itu, ia harus kembali ke Belanda untuk bekerja sebagai trainee di Global Architect, salah satu perusahaan konsultan di Belanda. (ers/fi)

Berita Terkait