Tahun ini, tepat di akhir empat tahun masa kuliah, ia lulus dengan predikat cum laude. Nilai IPK-nya 3,61. Tugas akhirnya berjudul Perilaku Self Compacting Concrete (SCC) dengan Pemanfaatan Abu Vulkanik Gunung Bromo Sebagai Bahan Tambahan Pengganti Semen. Namun ternyata jalan menuju kelulusan tak selamanya mudah baginya.
”Saya hampir gagal untuk mengikuti sidang,” cerita Andika. Saat itu, penelitian yang dilakukannya bersama seorang rekannya, mengalami kendala. Hal tersebut menyebabkannya harus melakukan penelitian tambahan. Ketiga dosen pembimbingnya bahkan melarang Andika dan kawannya untuk maju ke sidang akhir.
Namun rencana Tuhan tak dapat dipungkiri. Andika akhirnya berhasil diizinkan untuk menjalani sidang akhir meski tanpa hasil maksimal. ”Saya nekat, yang penting saya bisa maju sidang akhir terlebih dahulu,” lanjutnya.
Usahanya tak sia-sia. Kini, predikat tersebut menyusuli sederet prestasi lain yang pernah dicapai alumnus SMAN 1 Samarinda ini. Antara lain menjadi Runner Up Holcim Innovation Hunt 2011 dan menjadi finalis lima besar program 30 Hari Menjadi Pengusaha oleh JTV.
Rangkaian prestasi itu diiringi pula oleh catatan panjang keorganisasian. Namanya terdapat di antara anggota Putih Abu-Abu Scholarship, Jaringan Bisnis Indonesia, Pemandu LKMM FTSP dan Sampoerna Foundation Scholars Club (SFSC). Ia pun pernah menjabat sebagai Menteri Departemen Pengabdian Masyarakat di Badan Eksekutif Lembaga Mahasiswa (BE-LM) FTSP periode 2009-2010.
Tak hanya bergelut di bidang organisasi, Andika juga seorang wirausahawan muda. Usaha kaos bermerk forteenOnly didirikannya bersama rekan-rekan di Departemen Pengabdian Masyarakat BE-LM FTSP. Tahun lalu, ia membuka usaha Juragan Degan bersama rekan-rekannya dari tiga fakultas berbeda di ITS.
Kelebihan Andika seolah telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia memulai sekolah pada usia yang lebih muda dua tahun dari rata-rata teman sebayanya. Ketika bersekolah di SMPN 1 Babulu, lelaki kelahiran 12 Januari 1991 ini menjadi murid program akselerasi. Saat SMA, ia sudah harus hidup mandiri karena letak sekolah yang tidak dekat dengan rumahnya.
Andika masuk sebagai mahasiswa Teknik Sipil ITS pada tahun 2007. Empat tahun masa kuliahnya hampir sepenuhnya dibiayai Putera Sampoerna Foundation.
Menurut Andika, motivasi utamanya berasal dari kehidupan keluarganya yang sederhana. ”Orang tua saya petani, yang ingin saya ubah hidupnya menjadi lebih baik,” tuturnya. Baginya, semua yang diraihnya pun semata-mata karena ia bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang ditemui.
Termasuk masa kuliah, kesempatan yang tidak bisa dijumpai setiap orang. Sehingga menurutnya, masa tersebut perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Andika berpesan bahwa saat memulai sesuatu, ada 99% kemungkinan kegagalan dan sisa 1% adalah kemungkinan untuk berhasil. ”Akan tetapi saat kita tidak pernah memulai, 100% kita sudah gagal,” lanjut lelaki yang meneruskan studinya di Pascasarjana Teknik Sipil ITS ini. (lis/fi)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,