Sebelum menjelaskan lebih gamblang mengenai program DDIP, pria yang kerap disapa Akhlus ini terlebih dahulu memaparkan tentang adanya kerja sama Indonesia-Perancis. ”Kerja sama ini sudah ada sejak dulu,” jelasnya. Ia menambahkan, kerja sama di bidang pendidikan ini berupa program Double Degree dimana mahasiswa harus studi di Indonesia dan Perancis.
Dikatakan Akhlus, program ini telah dinikmati mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Gajah Mada (UGM). ”Kali ini terbuka untuk mahasiswa ITS,” ujarnya. Ia sendiri yakin ITS mempunyai lulusan yang tak kalah bagus dibanding keempat universitas tersebut.
Sebelumnya, ITS memang telah masuk dalam konsorsium Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Mulai dari jurusan hingga double degree yang ada telah diseleksi. Meski baru bisa bergabung di program yang digelar kali ketiga, lulusan Jurusan Kimia ITS ini menyebutkan, ITS bisa mendaftarkan banyak mahasiswanya.
Mengenai jenis programnya, Pembantu Dekan bidang akademik FMIPA tahun 2003-2007 ini menuturkan mahasiswa akan menjalani studi setahun di Indonesia dan setahun lagi di Perancis. ”Studi di Indonesia dimulai saat semester tujuh,” tambahnya. Dengan kata lain, mahasiswa menjalani masa akhir studi sarjana bersamaan dengan studi magisternya.
Secara khusus, masa studi setahun di Indonesia akan menjadi penilaian dari pemerintah Perancis. ”Mereka akan memonitor tentang pembelajaran bahasa Perancis,” tutur Akhlus. Pasalnya, lulus bahasa Perancis dengan level B2 akan menjadi syarat utama untuk terbang ke negara khas menara eiffel tersebut.
Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT selaku Ketua Prodi S2 Teknik Elektro juga menyebutkan persyaratan lain yang harus dipenuhi mahasiswa. Diantaranya, transkip Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,5, curriculum vitae (CV), mengikuti pendidikan Bahasa Perancis, TOEFL minimal 550 dan DELF (ijazah bahasa Perancis) harus B2. Serta, tak lupa mengisi formulir lampiran lima dan enam.
Formulir lima lebih mengarah pada perjanjian dengan rektor ITS. Namun di sini tak ada keharusan setelah lulus, mahasiswa akan menjadi dosen di Perguruan Tinggi masing-masing. Sedangkan formulir enam, berisi tentang data diri. ”Semua berkas rangkap dua ini harus dikumpulkan tanggal 28 September,” terang Adi.
Dengan seleksi istimewa berupa IPK, ia berharap semua mahasiswa yang ikut dalam sosialisasi akan mendaftar. Namun ia juga menekankan, program ini hendaknya diikuti mahasiswa di jurusan yang memiliki program double degree. ”Bagi jurusan yang belum ada, mahasiswanya bisa ikut double degree bukan Fast Track,” jelasnya lagi.
Di akhir sosialisasi, ia berpesan agar mahasiswa tak perlu takut terkait syarat level Bahasa Perancis dan TOEFL. Sebab, yang harus ada pada diri mahasiswa adalah tekad, kemauan tinggi, dan berusaha maksimal. (esy/fi)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung