Bertempat di depan Teater B, Debat Capres tersebut menghadirkan Prof Ir Daniel M Rosyid PhD MRINA dan Ir Indrajaya Gerianto MSc sebagai panelis. Selain mereka berdua, Aris Sofan Lutfianto, mantan Presiden BEM ITS 2008 juga sempat diwacanakan menjadi panelis. Namun menurut Ken W Hutomo, salah satu anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), karena beberapa pertimbangan maka pihak KPU membatalkan Aris untuk menjadi panelis selama debat.
Di awal sesi, masing-masing calon, Imron Gozali dan Muhlas Hanif Wigananda mendapat kesempatan memperkenalkan visi dan misinya. Tak tampak keraguan di wajah kedua Capres tersebut. Imron, yang mendapat urutan pertama tetap mengusung transformasi sebagai misi dalam menggagas perubahan Keluarga Mahasiswa (KM) ITS. Sedangkan Muhlas, bercita-cita membawa BEM ITS menjadi lebih dekat dan bermanfaat.
Dalam debat ini, pihak KPU memberlakukan sistem yang tegas. Jika pada kampanye lisan pertanyaan berasal dari penonton, kali ini pertanyaan hanya berhak diajukan panelis. Penonton hanya boleh mengajukan pertanyaan jika masih berhubungan dengan pertanyaan panelis.
Mendapat giliran pertama bertanya, Indrajaya mengajukan tiga pertanyaan berkaitan dengan makna eksekutif, tentang penggagas Pemira dan statuta ITS. ”ITS itu menghargai Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (Ormek) tapi ITS melarang eksistensinya di kampus,” terang Dosen Teknik Sistem Perkapalan tersebut menegaskan status Ormek di ITS.
Menanggapi seputar Ormek, kedua calon menyatakan sepakat dengan Indrajaya. Menurut keduanya, harus ada batasan teritori yang jelas antara Ormek dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dalam kampus.
Sementara itu, Daniel yang mendapat kesempatan kedua meminta para Capres menyebutkan masalah yang paling ihwal tentang mahasiswa ITS. Menanggapi hal tersebut, Imron menyebut mindset dan jati diri sebagai permasalahan utama. Menurutnya, mahasiswa ITS saat ini cenderung melupakan hakikatnya sebagai mahasiswa teknik yang mempunyai kewajiban berkontribusi untuk perubahan Indonesia.
Namun Muhlas mempunyai jawaban berbeda. Menurutnya, secara umum, mahasiswa ITS telah mengalami perubahan karakter menjadi lebih akademisi. Selain itu, ia juga menyoroti tentang komunikasi yang kurang tertata.
Sayangnya, Daniel mempunyai sudut pandang berbeda terkait masalah mahasiswa. Menurutnya, masalah utama mahasiswa ada pada teknologi informasi yang berkembang. ”Saat ini organisasi, tidak cukup dengan bertemu. Teknologi sudah canggih sehingga menjadikan organisasi sebagai networking,” terangnya.
Tidak cukup itu, Daniel kembali memanfaatkan kesempatan bertanya. Kali ini, mantan Calon Rektor ITS itu menanyakan pendapat kedua calon mengenai budaya copy paste (mbacem) dan pacaran di kalangan mahasiswa. Menanggapi masalah ini, Muhlas yang mendapat giliran pertama mengaku jika dirinya pernah mbacem. ”Tapi semangat perubahan harus tetap diwujudkan. Setidaknya, semuanya bermula dari diri sendiri,” terangnya. Senada dengan Muhlas, Imron juga mengaku pernah mbacem. ”Di setiap mbacem, saya harus lebih bisa dari apa yang saya tiru,” katanya.
Berkaitan dengan pacaran, keduanya sama-sama mengembalikan kepada pribadi masing-masing. Menurut mereka, bagi sebagian orang pacaran adalah kebutuhan dan tidak dapat dipaksakan. ”ITS ini terdiri dari berbagai macam golongan. Intinya, menjaga diri,” terang Muhlas.
Harapkan Pemimpin Amanah
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Presiden BEM ITS periode ini Dalu Nuzul Kirom. Ia mengaku sangat mendukung diadakannya debat bagi Capres BEM ITS. ”Ini adalah salah satu cara untuk menguji pengetahuan dan daya tahan para Capres,” ungkapnya. Menurut Dalu, debat adalah salah satu bentuk kampanye yang bersih. Bersih, dalam artian bebas dari setting-an pihak mana pun.
Disinggung mengenai harapan terhadap presiden terpilih, Dalu berharap, siapapun yang terpilih haruslah amanah. Keduanya harus mampu menjaga diri. ”Kemenangan bukanlah kemampuan dalam menundukkan segalanya,” katanya. Ia juga berharap, Presiden BEM ITS kelak merupakan orang yang menjadi diri sendiri yang mampu memimpin kolektif.
Dalu mengingatkan jika kematangan seorang pemimpin akan terlihat ketika hasil telah diketahui. ”Yang kalah harus menerima dan mendukung atau bahkan merusak sistem, sedangkan yang menang wajib menjaga amanah,” terang mahasiswa Teknik Elektro tersebut. (ran/fi)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung