ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
17 September 2011, 06:09

Sehari Bahas Isu Lapas di Semnas LAPAS IDEAL

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Acara tersebut dibuka oleh Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), I Gusti Ngurah Antaryama. "Selama ini lapas dianggap sebagai seonggok bangunan yang ditinggalkan. Pertemuan kali ini diharapkan menjadi sebuah media pembelajaran berkelanjutan, khususnya untuk praktisi, akademisi, dan pihak lapas."

Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Panitia acara, Dr Ing Ir Bambang Soemardiono. "Tema tentang lapas ini merupakan tema yang unik dan jarang dibicarakan," tuturnya. Bambang menambahkan, saat ini keberadaan bangunan lapas merupakan tempat dengan konotasi yang negatif, sesak, sumpek, kotor, dsb.

Dengan mengangkat isu pemasyarakatan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka Bambang mengharapkan desain arsitektur, khususnya penataan tapak dan elemen arsitektural-lansekap mampu menyelesaikan masalah lapas.
Seminar ini mengawali rangkaian Dies Natalis Arsitektur ITS ke-46.

Bertempat di Ruang Sidang Utama Gedung Rektorat, semnas tersebut menghadirkan 4 pakar dalam bidang pemasyarakatan. Pembicara pertama, Aman Riyadi, S.IP, SH, M.Si, menitikberatkan pada kondisi dan permasalahan pembangunan UPT pemasyarakatan di Indonesia. Overcapacity, menjadi masalah utama di UPT Pemasyarakatan.

Aman juga menjelaskan secara rinci tentang komplek bangunan UPT Pemasyarakatan. "Ada lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan negara, rumah penyimpaan barang sitaan negara, serta balai pemasyarakatan," jelasnya.

Selanjutnya, Aman menguraikan kelompok bangunan berdasarkan fungsi. Ada lapas kelas 1, 2A, dan 2B. Terdiri dari Lapas Umum, Lapas Wanita, Lapas Pemuda, Lapas Anak, Lapas Terbuka, dan Lapas Narkotika.
"Masyarakat menginginkan pembangunan lapas koruptor dan lapas teroris."
Aman juga berharap akademisi bisa menulis tentang arsitektur pemasyarakatan. Arsitek dituntut untuk merancang bangunan lapas yang murah, namun fungsional.

Pembicara kedua ialah Djoko Hikmahadi, BcIP, SH. Kepala Divisi Pemasyarakatan ini menjelaskan sekilas kondisi lapas-lapas di Jawa Timur. Ia pun menjelaskan sistem penjara. Saat ini, sistem penjara telah diubah menjadi sistem pemasyarakatan. Djoko juga menampilkan foto-foto tentang kegiatan-kegiatan narapidana di lingkungan lapas/rutan.

Kemudian dilanjutkan pembicara ketiga, Ir Purwo Ardoko, IAI. Purwo merupakan alumni Arsitektur ITS A-17. Selama setengah jam, Purwo membahas pokok-pokok pedoman pemikiran dalam rancang bangun bangunan pemasyarakatan.

Purwo, yang sesekali menelurkan humor sembari presentasi, mengatakan "Dalam membangun, Arsitek harus memakai hati nurani,"
Purwo juga membahas lapas di Singapura, "Kasus yang terjadi di sana seputar ribut suami-istri dan harta warisan," bebernya. Kontan, peserta pun tertawa.
Pola layout lapas yang ideal adalah cluster tertutup.

Pembicara keempat, Ir Ganif Wijayana, IAI. Seperti Purwo, Ganif juga alumni Arsitektur ITS A-17. Ganif, desainer Lapas Cipinang, Lapas Purwokerto, Lapas Tanjung Pura Medan, serta Lapas Salemba.
Ganif, sang arsitek berbagai lapas di Indonesia. Ia menjelaskan seputar Lapas Narkotika Yogyakarta dan Lapas Cinere.

Saat istirahat makan siang, dihibur oleh permainan piano oleh mahasiswa Arsitektur ITS. Menariknya, saat makan siang, beberapa peserta semnas ini dilibatkan secara langsung untuk berkunjung ke Lapas Kelas1 Surabaya, Porong. Namun sayangnya, hanya peserta dan dosen laki-laki yang diperbolehkan masuk ke Lapas tersebut. Pukul 13.00, dengan menggunakan bis ITS, rombongan berangkat ke Lapas tersebut.

Sebagian peserta yang tetap mengikuti rangkaian seminar di Gedung Rektorat disuguhi presentasi karya tugas akhir (TA) alumminya, Intan Primadewati, ST. Intan membahas Lapas Wanita Kelas 2B Malang. Karya tersebut, berdasarkan permintaan dari peserta, dikomentari oleh para pakar lapas. Alhasil, komentar para ahli tersebut menambah wawasan peserta semnas. Para peserta pun juga diperlihatkan tentang video animasi karya TA mahasiswa, Jimmi Ronald Panjaitan yang berhalangan hadir.

Semnas ini juga dihadiri oleh Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ir Tedjo Surjono, IAI. "Acara ini bagus. Membahas isu-isu lapas yang selama ini tidak terbuka untuk umum. Membuka pemikiran kita tentang lapas."
Diharapkan seminar dan workshop ini mampu menyelesaikan masalah lapas sebagai rekomendasi kepada pemerintah. Khususnya membangun pemasyarakatan yang lebih baik.

Acara yang disponsori oleh PT Alam Sutera Realty, PT Holcim Indonesia, dan Nippon Paint ini selesai pada pukul 16.00. Para peserta seminar mendapatkan sertifikat dari IAI yang memiliki nilai KUM 6 poin. Pada Minggu (18/9), akan diadakan workshop di Jurusan Arsitektur ITS Surabaya.
(ers)

Berita Terkait