Kepala Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti ini baru saja tiba di Surabaya beberapa waktu sebelum acara dimulai. Namun ini tak mengurangi semangatnya ketika menyampaikan materinya.
”Misi PKM yang sebenarnya adalah transformasi dari pemikiran berdasarkan feeling, menjadi pemikiran ilmiah atau nalar,” jelasnya memulai. Ia menegaskan, hingga saat ini, banyak perilaku masyarakat Indonesia yang masih mengandalkan alasan kurang ilmiah. Misalnya, pedagang yang mangkal di suatu lokasi dan tidak mau pindah karena percaya kawasan tersebut ‘bertuah’.
Menurutnya, banyak dari perilaku ini yang menjadi penghambat bagi bangsa ini untuk maju. Karena itu, pemerintah ingin mengubah budaya semacam ini, dimulai dari para generasi mudanya. Ditambah dengan unsur kreativitas untuk mendongkrak daya tarik dari setiap ide.
Dosen Institut Teknologi Bandung ini menjelaskan pula inti dari masing-masing jenis PKM. Ternyata, ada beberapa misi dari PKM yang masih belum banyak dipahami oleh pelaksananya.
Seperti PKM-T (Teknologi), yang ternyata tak harus menciptakan sebuah alat. Yang penting adalah sebuah inovasi untuk membantu sebuah mitra bisnis, diutamakan usaha mikro. Bisa dalam bentuk sebuah sistem manajemen, aspek humaniora, hingga alat.
Sundani melanjutkan penjelasannya dengan data-data dari PIMNAS dan penyelenggaraan PKM tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya pula, semua data tersebut sangat krusial apabila sebuah institusi ingin memantau progresnya di ajang tersebut.
Lalu bagaimana pendapatnya mengenai performance ITS selama PIMNAS ke-24 yang lalu? Pria Sunda yang juga pernah hidup di Bali ini menegaskan, ITS masih melakukan beberapa kesalahan. ”Ide-ide mahasiswa ITS adalah kreasi untuk diri sendiri, yang tidak disesuaikan dengan misi PKM,” paparnya.
Dari situlah, umum didapatkan PKM yang dianggap ‘salah kamar’ atau masuk dalam kategori yang kurang tepat. Misalnya, sebuah kegiatan yang berpotensi untuk menjadi PKM-M namun dimasukkan dalam PKM-P atau PKM-T. Rupanya, kedua PKM tersebut umumnya merupakan favorit para mahasiswa.
Namun ia pun mengakui, ITS telah melakukan perbaikan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Contoh kecil adalah bertambahnya jumlah proposal yang dikirim dan lebih dari 25% didanai. Hal ini saja menunjukkan bahwa ITS telah ‘naik kelas’ di antara jajaran universitas partisipan PKM.
Sundani didampingi oleh Dr Widya Utama DEA sebagai pembicara. Widya, yang juga pernah menjadi juri di Pimnas mengatakan bahwa sangat penting bagi ITS bersiap untuk Pimnas mulai saat ini. Menurutnya pula, ide-ide yang berpotensi untuk memenangkan Pimnas adalah yang dapat membangkitkan semangat intelektualitas para juri. (lis/hoe)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung