ITS News

Sabtu, 20 April 2024
08 Juli 2011, 22:07

Epidemi Runtuhnya Atap Galvalum

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dihadapan kita semua, telah terhadirkan sandiwara (baca: sinetron) runtuhnya atap galvalum yang cenderung berseri, dan entah kapan seri tersebut akan tamat dan bisa segera disudahi. Semoga kejadian runtuhnya atap galvalum di MTsN Ngoro-Jombang bulan Mei lalu yang membawa korban murid dan gurunya terluka, tidak dianggap sebagai kejadian yang dipandang sebelah mata saja .

Namun hendaknya mampu mengapresiasi, bahwa kejadian tersebut merupakan malapetaka yang harus segera dicegah, serta tidak menimbulkan epidemi, wabah akibat kesalahan teknis yang disengaja. Hadirnya atap galvalum (galvanis-aluminium) untuk saat ini memang sangat dibutuhkan , bersamaan dengan sulit dan mahalnya kayu yang berkualitas. Tetapi di dalam proses perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaannya harus taat asas dan cermat dalam implementasinya.

Sistem Struktur dan Konstruksi Atap Galvalum

Konstruksi atap galvalum juga dikenal dengan istilah baja ringan, dikarenakan galvalum merupakan campuran besi dan aluminium. Konstruksi besi baja mempunyai kelebihan dan kekurangan ; baja cenderung  lebih berat dari pada aluminium, baja tidak tahan karat. Tetapi baja lebih kuat menahan beban dan lebih tahan api disbanding aluminium.

Untuk aluminium tidak / kurang mampu untuk menahan beban, tetapi tahan terhadap  korosi. Maka digabunglah dua hal yang mempunyai kandungan positip, menjadi galvalum. Didalam pembebanan , kuda-kuda terhadap kolom atau balok (ringbalk) dikenal pada beban semi merata, sehingga jarak antar kuda-kuda 1,20 m. dan menumpu pada ringbalk.

Sedangkan pada atapnya berlaku beban merata, sehingga waktu memasang genteng tidak boleh distapel (ditumpuk) pada satu tempat, yang akan mengakibatkan menjadi beban terpusat atau beban titik. Waktu proses konstruksi, sebelum semua terkait dengan sempurna, tidak boleh memasang genteng, dikarenakan konstruksi baja dalam bekerjanya mengalami tarik dan tekan.

Galvalum cenderung lebih ringan dibanding konstruksi baja, sehingga sangat rentan terhadap angin hisap. Untuk mengantisipasi beban lateral maka joint kuda-kuda dan ringbalk harus betul-betul terjamin atas kekuatannya.

Metoda Perencanaan Penggunaan Konstruksi Atap Galvalum.

Didalam perencanaan konstruksi atap galvalum, pihak perencana  (Arsitek/Konstruktor) cukup mendisain secara global saja (pra – rencana) , kemudian diserahkan ke pihak Aplikator (Produsen Galvalum) untuk dihitung akan system dan kekuatannya sesuai bentang yang dikehendaki, serta untuk dibuatkan gambar kerja dan detail pelaksanaannya.
Untuk pelaksanaannya ( proses konstruksi ) pihak Produsen menunjuk Aplikator yang sudah bersertifikat dan memberikan garansi / jaminan, bahwa konstruksi atap galvalum tersebut mampu bertahan sampai jangka waktu tertentu ( 5 th, 10 th, 20 th dst).

Metoda Pengawasan.

Sebagai Pengawas, harus mempelajari dulu secara cermat dan teliti atas dokumen kontrak ; meliputi RKS ( Rencana Kerja dan Syarat-syarat ) yang bersifat administrative maupun bersifat teknis. Berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah RAB ( Rencana Anggaran Biaya ) serta Gambar Kerja ( Gambar Bestek ).

Dari hasil proses tersebut, pengawas menguasai dokumen kontrak dan apabila ditemukan kekurang jelasan dan kekurang lengkapan di dalam dokumen kontrak, bisa dibicarakan dalam rapat koordinasi lapangan untuk mendapatkan penyelesaian yang obyektif. Sebagai pengawas harus bisa mengarahkan Kontraktor dalam hal metoda kerja dan cara kerja yang baik dan benar, yang sudah tertuang di dalam RKS.

Metode Pelaksanaan

Kontraktor sebagai pelaksana proses konstruksi, sebelum pelaksanaan dimulai harus juga mempelajari dulu secara cermat dukumen kontrak yang ada. Selanjutnya membuat Time Schedule yang menunjuk pada pengendalian waktu pelaksanaan terhadap capaian progress.
Serta membuat break down schedul harian, mingguan dan bulanan. Dalam rangka pengendalian:
1.    Pemakaian jenis tenaga kerja dan jumlahnya.
2.    Pengajuan approvel (acc) jenis dan kualitas bahan ke Perencana.
3.    Pengadaan bahan dan pentahapannya.
4.    Penggunaan peralatan kerja.
5.    Waktu yang dibutuhkan dalam tahapan kerja.
Apabila ada kendala di dalam proses pelaksanaan, secara rutin (tiap minggu) ada rapat koordinasi untuk membahas dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.

Dengan demikian, apabila semua pihak yang terlibat di dalam pekerjaan suatu proyek;  mulai dari PPK (Pejabat Pembuat Komitment/Pimpro) , Pengawas, Kontraktor, bersedia menjunjung tinggi komitment dan niatan kerja Lilla hi taalla, Insya Alloh, Rachmat dan Barokah Nya akan datang dengan sendirinya.

Kadarono                                    
Pengawas Bidang Arsitektur Pembangunan
Kampus ITS.
 
Pengajar Sistem Struktur dan Konstruksi
Arsitektur ITATS dan UNMUH Surabaya.

Berita Terkait