Seluruh dunia kini memang sedang gencar-gencarnya mengembangkan teknologi pengolahan sampah. Bagaimana tidak, jika sampah yang terproduksi secara terus menerus tanpa dikelola secara baik, maka bisa dibayangkan, lambat laun planet kita bisa dipenuhi dengan sampah.
Penelitian membuktikan, bahwa pengumpulan sampah diseluruh dunia tiap tahunnya mencapai 1,24 juta ton. ”Dan sebagai engineer, anda harus bisa menciptakan brand new technology untuk menanggulangi sampah,” papar Herve Boileau di depan mahasiswa Teknik Lingkungan yang hadir dalam kuliah tamu tersebut.
Pria asal Politech Annecy Chambery, Prancis ini kemudian menjelaskan, tidak diperlukan teknologi yang rumit dan muluk-muluk untuk diterapkan dalam pengelolahan sampah. Bahkan menurutnya, teknologi sederhana pun tidak masalah. ”Yang penting masyarakat bisa menerima dan siap untuk melakukan sistem tersebut,” tambah Boileau.
Dalam paparannya, pria berkacamata ini mencontohkan salah satu negara yang masyarakatnya berhasil memanajemen sampahnya dengan sangat baik, yaitu Islandia. Negara di benua Eropa tersebut, sampah sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai bahan bakar pemanas udara, bahan bakar bus, dan mobil biofuel.
Cara yang dilakukan ternyata relatif mudah. Sampah sudah disortir atau dikualifikasikan sejak dari rumah tangga penghasil sampah, yaitu dapur. Selain itu, di depan setiap rumah maupun gedung terdapat kontainer mini pengangkut sampah yang terdiri dari sampah organik dan nonorganik. Jadi setiap orang bisa mengumpulkan sampahnya sendiri. Tak hanya itu, desain kontainer atau bak sampahnya pun didesain semenarik mungkin guna meningkatkan semangat masyarakat untuk mensukseskan program pengelolahan sampah mereka.
”Kuncinya adalah promosi yang menarik, dan cara yang mudah dipahami dan mudah diaplikasikan,” jelas Boileau. Berkaca pada Islandia, Boileau menambahkan, setiap orang akan berlomba-lomba untuk mengumpulkan sampah mereka sendiri sebagai sumber energi untuk mereka sendiri nantinya.
Menurut sejarah, teknologi pengolahan sampah sejatinya sudah ada sejak akhir abad 18, tepatnya tahun 1884. Paris menjadi negara pelopor sistem pengolahan sampah ini. Bedanya dengan sekarang, di jaman tersebut, sampah dikumpulkan secara door to door oleh petugas kebersihan. Dengan memisahkan jenis sampah berdasarkan kaca, kertas, dan sampah selain dua jenis tersebut.
Hingga sekarang, dimana teknologi sudah berkembang pesat, Boileau berpesan pada segenap peserta kuliah tamu untuk turut memikirkan bagaimana pengolahan sampah masa depan. ”Jika kita berpikir sekarang, maka kita harus berfikir tenang sepuluh tahun ke depan,” pungkas Boileau menutup paparannya. (fz/hoe)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,