Tidak percaya, senang, terharu, dan sangat bersyukur, begitulah perasaan mahasiswa kelahiran 26 April 22 tahun silam ini saat namanya disebut sebagai Cak Surabaya 2011. Sejak akhir Mei kemarin, Rama resmi dinobatkan menjadi duta Surabaya dalam berbagai hal seperti mempromosikan wisata dan budaya Kota Surabaya ke khalayak.
Rama ditemani WS Kaolini sebagai Ning Surabaya 2011. Selain Rama, ITS diwakili oleh Dian, Gita, Alfan dari Jurusan Arsitektur, Hutari Winursita dari Jurusan Teknik Lingkungan yang menjadi pemenang kedua Ning Surabaya 2011, serta Satriya Aryang dari Jurusan Teknik Sistem Perkapalan.
Sama sekali tidak ada mimpi atau firasat yang datang pada Rama untuk menjadi juara satu. ”Makanya saya benar-benar kaget, tetapi optimis itu ada,” ujarnya sambil tertawa. Semua ini juga berdasarkan dukungan dari keluarga besar Rama selama mengikuti audisi Cak Ning Surabaya 2011 ini.
Setelah melalui serangkaian proses yang panjang, saat ini dia disibukkan dengan bermacam-macam kegiatan yang berhubungan dengan kota ini. Rama kemudian memulai ceritanya dari proses awal penyisihan. ”Tahap pertama adalah mengerjakan soal pengetahuan tentang Surabaya dan Bahasa Inggris. Kemudian juga public speaking tentang Surabaya,” ujarnya.
”Tahap kedua adalah adu bakat. Saat itu saya menunjukkan kemampuan futsal. Setelah itu ada tes wawancara dari keenam juri,” ujar putra pasangan Gitono dan Sri Mulyanti ini. Hasilnya kemudian disaring hingga hanya 40 pasang Cak dan Ning yang mengikuti seleksi diskusi grup dan wawancara dari ketua paguyuban.
Saat semifinal, para peserta menjawab pertanyaan di Surabaya Town Square. Tahap tersebut berhasil mendapatkan 25 pasang Cak dan Ning. Tahap yang paling akhir adalah karantina selama satu minggu di Hotel Singgasana. Di sana, mereka mendapatkan materi public speaking, etika, dan lain-lain.
Dalam malam Grand Final Cak dan Ning Surabaya 2011 yang digelar di Balai Kota Surabaya, terdapat 15 pasang finalis yang saling bersaing di dua sesi. Setiap pasangan diwajibkan menjawab satu pertanyaan dari tim juri yang berkisar masalah politik, sosial, budaya, pariwisata dan ekonomi.
Lenggak-lenggok dan gaya Cak dan Ning dinilai oleh juri yang memiliki latar belakang berbeda. Para juri tersebut adalah Hermawan Kertajaya, Sutawi, putra Bung Tomo yaitu Bambang Sulistomo, Nuniek Silalahi, Astrid Wiratna serta Guntur Tampubolon.
Setelah seleksi pertama dilakukan, empat pasang finalis terpilih dan berhak mengikuti sesi berikutnya. Dalam sesi kedua, para juri memberikan satu pertanyaan seputar wisata Surabaya dan perkembangannya. Dari sini, terpilihlah para pemenang Cak dan Ning Surabaya 2011.
Ketika ditanya tentang kegiatan paling menarik selama proses seleksi, Rama menjawab adalah saat karantina. ”Materinya bagus dan langka. Suasana kekeluargaan yang tercipta sesama finalis juga baik,” ungkap penggemar band Dewa dan Linkin Park ini. Tentang persaingan, baginya, semua peserta adalah saingan berat bagi Rama.
Setelah dinobatkannya Rama menjadi Cak Surabaya, otomatis ia diharuskan aktif di berbagai kegiatan paguyuban. Diantaranya, mengikuti serangkaian acara Hari Ulang Tahun Surabaya ke-718 serta agenda promosi di luar kota dan luar negeri. Ia juga sempat mengisi acara di JTV dan beberapa stasiun radio.
Selain menjuarai audisi Cak dan Ning ini, saat Sekolah Dasar (SD) Rama pernah menjadi siswa teladan. Rama sangat mencintai dunia olahraga, terutama voli dan futsal. Saat SMA ia pernah menjuarai beberapa turnamen voli dan menjadi pemain di Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Provinsi Jawa Timur mewakili Surabaya.
Saat kuliah, ia juga sempat menjadi juara tiga dalam kejuaraan nasional futsal di Bandung. Sebelum mendaftar menjadi peserta, Rama belajar seputar kota Surabaya. Ketika ditanya tentang hal yang paling ia favoritkan dari Surabaya, dia tertarik dengan sSejarahnya dan cagar budaya kota Pahlawan ini. ”Pastinya, Persebayanya (bonek, red),” ujar penyuka nasi goreng ini.
Terakhir, Rama pun tidak pelit berbagi pesan untuk calon Cak dan Ning yang ingin ikut ajang ini tahun depan. ”Persiapkan kemampuan public speaking dan yang pasti kuasai tentang Surabaya serta mental anda,” pungkasnya. (ers/hoe)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,