Ada empat kriteria penilaian yang menjadi pertimbangan juri untuk memilih mawapres. Poin pertama adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 20%, poin kedua adalah karya tulis dari calon mawapres sebesar 30% dan kemampuan bahasa inggris serta kegiatan ekstra kurikuler mahasiswa yang sama-sama memiliki bobot sebesar 25%. Melalui tahap penilaian tersebut akhirnya dipilih mawapres yang akan maju ke tingkat nasional.
Hasilnya, untuk tingkat Sarjana, peringkat satu diduduki oleh Alfian Syafaruddin dari Teknik Industri. Peringkat dua dan tiga dipegang oleh Cihe Aprilia Bintang dan M Dhanar Such Rufi Fajri. Sementara Tyas Ajeng Nastiti dan Muhammad Rizal Habibi berada di peringkat keempat dan kelima. Dari catatan prestasi, peringkat dua, tiga, dan empat adalah para peraih medali emas di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).
Sedangkan pada tingkat Diploma, peringkat satu diraih oleh Hari Purnawiyanto. Kemudian ada Sri Hidayati yang menempati peringkat dua dan Moch Agus Saifudin di peringkat ketiga.
Menurut Dr Ismaini Zain, selaku ketua panitia pemilihan mawapres, berharap calon yang terpilih dapat berkiprah di tingkat nasional dengan baik. ”Kalau dilihat calon-calon sekarang lebih matang, karena didominasi oleh mahasiswa semester delapan. Berkaca dari mawapres tahun nasional tahun lalu yang berasal dari Universitas Indonesia, juga semester delapan,” ujarnya.
Harapan ITS untuk mawapres di kompetisi nasional tahun ini sangat tinggi. ”Hal ini karena prestasi ITS di mawapres nasional dua tahun terakhir kurang memuaskan. Tahun 2009 kita tidak lolos untuk ke nasional karena masalah karya tulis, sedangkan tahun lalu kita tidak mampu menembus 15 besar,” ungkap Is, panggilan akrabnya.
Setelah ini, mawapres terpilih masih akan digodok lagi oleh pihak ITS sebelum diberangkatkan di kompetisi nasional nanti. ”Mereka akan dibina lagi oleh para dosen TKK, kita juga akan mengundang psikolog untuk membantu dalam masalah kepribadian,” tutur dosen yang selalu mengenakan jilbab ini.
Tahapan untuk di tingkat nasional akan lebih berat lagi karena akan berkompetisi dengan mahasiswa-mahasiswa terbaik seluruh Indonesia. ”Di tingkat nasional, IPK sudah tidak dilihat lagi karena dianggap mereka sudah mampu. Penilaian akan berdasarkan pada karya tulis, bahasa inggris, kegiatan ekstrakurikuler, dan kecakapan mereka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan juri," tambahnya. (lhp/hoe)
Kampus ITS, ITS News — Isu aksesibilitas dan layanan disabilitas kini tengah telah menjadi perhatian serius di berbagai perguruan tinggi.
Kediri, ITS News — Startup StrokeGuard yang didirikan oleh mahasiswa Jurusan Inovasi Digital Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjalin
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan bangga dapat berpartisipasi dalam ekspedisi ilmiah internasional “OceanX –
Bangkalan, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya untuk mendorong pengembangan dan kemandirian ekonomi pondok pesantren.