Indonesia merupakan negara terbesar dengan panjang pesisir pantai keempat di dunia. Dengan luasan ini, seharusnya cadangan garam yang dibutuhkan oleh berbagai industri, mampu dipenuhi Indonesia. "Lahan garam hanya dimonopoli oleh PT Garam," papar Ahmad Mas Udi. Ia pun menyayangkan kinerja pabrik tersebut yang tak kunjung maksimal.
Disisi lain, headline salah satu surat kabar juga menyebutkan, para petani garam menjerit dengan kondisi yang ada saat ini. "Harga garam bahkan lebih murah dari uang parkir," keluhnya. Padahal, melihat sumber daya yang ada, keadaan seperti ini tak semestinya dialami masyarakat Indonesia.
Selama ini, masyarakat menjual garam grosok yang diperoleh secara langsung dari pemanasan di sawah. Dalam satu bulan saja, satu petak sawah menghasilkan sepuluh ton garam. Jika dihitung, harga satu kilogram garam grosok hanya seribu rupiah. ‘’Pendapatan hasil penjualan ini hanya cukup untuk menutupi permodalan awal,’’ungkap Mas Udi lagi.
Bersama tiga anggota PKMM lain, yakni Holilah, Wahyu Prasetyo, dan Ika fitri, tim ini menginginkan adanya peningkatan kesejahteraan bagi produsen garam di Pulau Madura. Khususnya daerah Pamekasan sebagai salah satu sentra produsen garam.
"Kami mulai program ini dengan meningkatkan pendapatan ibu-ibu rumah tangga di desa Pandan (salah satu desa di Pamekassan, red)," jelas mahasiswa angkatan 2009 ini. Sebab, para ibu rumah tangga masih banyak yang mengnggur atau sekedar kerja serabutan. Bagi mereka, pengetahuan terkait pengolahan garam bisa meningkatkan pendapatan keluarga.
Para ibu-ibu ini diberi wacana mengenai pentingnya peningkatan pendapatan, pelatihan pengolahan, serta simulasi pasca panen. Meski simulasi ini masih dalam skala kecil, para ibu sudah antusias mengoptimalkan pengolahan yang selama ini masih terhambat.
"Kami juga mengadakan forum komunikasi dengan narasumber yang kompeten," tambahnya. Tak lupa, kerjasama dengan pihak terkait juga sudah dipersiapkan. Hal ini memang diyakini sebagai lonjakan untuk mengenalkan pemasok garam di Indonesia, bahkan kancah dunia.
Pada akhir kegiatan, peserta pun difasilitasi dengan peralatan, bahan dan modal awal yang diperlukan untuk pengolahan pasca panen. "Semoga masyarakat bisa langsung mengaplikasikan semua simulasi," harapnya. Sebab, kebutuhan garam makin meluas. Tidak hanya sebatas bahan tambahan dalam makanan, tapi juga sentra reagen dalam industri. (esy/nrf)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,