Dunia fotografi memang menjadi salah satu bidang favorit banyak orang. Baik tua maupun muda, tertarik menekuni bidang satu ini. Sebab, lewat fotografi, kejenuhan pun dapat dihilangkan. Setidaknya, begitulah pemaparan Ahmad Rifa’i. Ketua PKMM ini mengungkapkan, fotografer ini acapkali dijadikan sebagai salah satu mata pencaharian yang potensial.
”Banyak yang suka bekerja sebagai fotografer. Namun, kebanyakan mereka tidak maju kehidupannya,” tutur mahasiswa angkatan 2007 ini. Ia menambahkan, hanya sedikit fotografer yang mampu memanfaatkan peluang pasar.
Hal tersebut diungkapkan pula oleh Sueswit April sebagai pembicara dalam seminar tersebut. ”Seorang fotografer harsu punya kiat-kiat tertentu untuk bisa sukses,” paparnya. Salah satunya adalah meningkatkan skill. Dikatakannya, fotografi memang buka sekedar asal jepret, melainkan penilaian terhadap hasil.
Menurut pria dari Sentral Digital ini, fotografer harus punya konsep sebelum memotret. Tak lupa, ia harus menguasai teknik-teknik dalam fotografi. Baginya, salah satu poin penting adalah seorang fotografer mampu mengekplor teknik fotografi. ”Fotografer bisa belajar dari kursus, online, atau komunitas fotografi lain,” terangnya.
Mengenal komunitas fotografi, diakuinya, merupakan langkah baik bagi seorang fotografer. Selain bisa belajar aneka teknik fotografi, fotografer tersebut juga bisa saling bertukar alat fotografi yang dimiliki. Misalnya, unit kamera, lensa, dan unit perawatan serta penyimpanan.
Sueswit mengungkapkan, jika ingin meningkatkan taraf hidup seorang fotografer, maka hal yang perlu diperhatikan adalah media marketing. ”Biasakan hasil jepretan dipublish di web, blog, dan media online lain,” jelasnya. Sementara itu, media cetak pun tak kalah penting dalam marketing. Diantaranya, lewat brosur dan majalah.
Namun, diantara sekian banyak media marketing, seorang fotografer harus bisa memberikan citra positif pada kliennya.’’ Jika telah memiliki janji pukul 04.00, maka harus tepat waktu,’’ungkapnya. Dan hasil jepretan pun harus diberikan tepat pada waktunya. Untuk itulah, backup pun menjadi hal yang sangat penting. Ia menyarankan, seorang fotografer harus memiliki backup lebih dari satu lapis.
Freelance Itu Menjanjikan
Hampir semua fotografer lebih tertarik menjadi fotografer yang berada di naungan suatu studio. Dari segi gaji, jaminan kehidupan mereka memang dinilai lebih menjanjikan. Padahal, menurut Sueswit, menjadi fotografer freelance pun bisa menjanjikan bila diolah dengan apik.
”Freelance itu fleksibel,” tuturnya. Fleksibel disini adalah fleksibel waktu dan penghasilan. Ia bisa menentukan schedule fotografinya sesuka hati. Dan bila ia ingin meningkatan penghasilan, cukup mengenjot order fotografi.
Seorang freelance pun bisa lebih kreatif. Sebab, ia sendiri yang menentukan eksekusinya. Lain halnya bila bergabung dengan studio, studio-lah yang acapkali menentukan eksekusi akhirnya.
”Kita juga bisa menentukan branding nama,” tambahnya. Bila menjadi freelance, ia bisa membesarkan nama branding yang ia buat sendiri. Sedangkan bila bergabung dengan studio, maka nama studio yang akan semakin tenar. Ia pun menuturkan, fotografer freelaance tidak perlu khawatir kalah dengan fotografer studio apabila jeli melihat keinginan pasar. ”Yang terpenting, mereka dapat membaca peluang pasar,” pungkasnya. (esy/yud)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung