Seminar nasional ini mengangkat tema tentang Revitalisasi Maritim Wilayah Indonesia Timur. Fakta kondisi kemaritiman Indonesia saat ini serta berbagai kebijakan maritim menjadi pokok bahasan utama dalam seminar yang dilangsungakan di Aula BG Munaf ini.
Terdapat tiga pembicara yang hadir dalam seminar nasional kali ini. Salah satu pembicara itu adalah Dr Raja Oloan Saut Gurning, dosen FTK ITS yang juga pengamat kebijakan maritim. Kepada mahasiswa, Saut menjelaskan secara lugas pendapatnya tentang kebijkan maritim di Indonesia. ”Kebijakan maritim di Indonesia saat ini masih miskin visi,”ujar Saut.
Hal tersebut ia jelaskan dengan berbagai paparan yang menguatkan pendapatnya. Mulai dari persoalan pelayaran nasional hingga ketidakjelasan sistem pengelolaan pelabuhan yang tak kunjung selesai. ”Pemerintah selalu menunggu timbul persoalan, baru direspon,” jelasnya. Selain hal tersebut, Saut juga menyinggung soal monopoli pihak asing dalam setiap kebijakan maritim di Indonesia.
Namun tak hanya memberi kritik, dalam porsinya sebagai akademisi ia juga memaparkan beberapa pemikiran serta pendapatnya tentang kebijakan maritim Indonesia kedepan. Salah satunya soal pengembangan potensi maritim di Indonesia Timur. ”Potensi maritim paling besar berada di Indonesia timur, dan itu sangat dapat dikembangkan,” kata Saut.
Selain Saut, pembicara lain dalam seminar ini adalah Drs Josef A Naesoi MM, dari komisi V DPR RI, serta Johnson W Sutjipto MSc yang merupakan ketua umum Indonesian National Shipowners Association (INSA). Josef dalam kapasitasnya sebagai legislastif menerangkan tentang rencana kebijakan maritim Indonesia kedepan, terutama untuk Indonesia Timur. ”Kedepan maritim di wilayah timur akan menjadi perhatian, saat ini saja anggaran antara wilayah barat dan timur sudah mulai seimbang,” terang Josef.
Berbeda dengan Josef, Johnson yang merupakan praktisi industri maritim lebih banyak menjelaskan tentang persaingan industri maritim Indonesia dengan pihak asing. ”Saat ini Indonesia masih sulit bersaing dengan asing, salah satu faktor yang menjadi kendala adalah sistem kapitalisme pasar,” ujar Johnson.
Seminar ini kemudian dilanjutkan dengan forum diskusi antar mahasiswa. Mahasiswa yang hadir dalam kegiatan ini tak hanya dari ITS saja melainkan juga dari beberapa perguruan tinggi lain di Indonesia. Diantaranya adalah dari Universitas Padjajaran, Universitas Darma Persada Jakarta, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin Makasar, dan STMT Trisakti Jakarta.
Mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi ini mengikuti jalannya seminar dan forum diskusi dengan sangat aktif. Beberapa diantara mereka berharap kegiatan serupa dapat kembali diadakan dengan menghadirkan perwakilan dari eksekutif. ”Sebenarnya saya berharap hadir juga pembicara yang mewakili dari eksekutif, sehingga kita dapat langsung menanyakan kejelasannya soal kebijkan maritim di Indonesia saat ini,” jelas Ahmad Furkon, mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran. (ald/hoe)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan