Kelima mahasiswa itu adalah Nanang Hanani Wijaya, Aulia Mutiarani, Luki Aprilasari, Siti Choirunnisa dan Reny Rahmawati. Ide mereka ini muncul dilatarbelakangi karena arus globalisasi budaya yang berkembang begitu pesat. Sehingga menimbulkan isu lunturnya budaya lokal yang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi bangsa Indonesia.
”Anak muda harus menjadi bagian untuk mencari solusi berbagai masalah, karenanya ide ini ditanamkan pada siswa-siswa SMA yang peduli akan perubahan dan nantinya akan memberikan dampak positif dalam perubahan yang terjadi di Indonesia,” ungkap Nanang selaku ketua tim kegiatan pelatihan membatik tulis ini.
Salah satu budaya yang paling mencerminkan Indonesia adalah batik. Dimana setiap daerah memiliki corak dan motif batik yang beragam. Anak muda sebagai generasi penerus warisan leluhur ini seharusnya perlu mengenal budayanya sendiri. Hal ini pula yang melatarbelakangi adanya pelatihan untuk kalangan siswa menengah atas ini.
Pelatihan ini digelar atas bekerja sama dengan Industri Kerajinan Batik Baronggung yang terletak di desa Kauman, Tulungagung. Dengan mendatangkan langsung para pembatik tersebut, diharapkan para siswa dapat meraup ilmu langsung dari pakarnya. Sebagai langkah awal, dilakukan penjaringan siswa-siswi yang memiliki ketertarikan terhadap batik.
”Pelatihan seperti ini baru kali pertama diadakan di sekolah menengah di kota kami, peminat pelatihan ini pun tidak sedikit, bahkan sampai melampaui target,” ujarnya. Tercatat ada 120 peserta yang mengikuti pelatihan ini.
Para siswa di beri pelatihan membatik dua kali dengan intensitas dua minggu sekali. Di akhir pelatihan, ada pameran karya yang telah mereka hasilkan yang digelar 23 April kemarin. Pelatihan pertama yang digelar adalah workshop batik. Peserta diperkenalkan terlebih hulu mengenai batik dan kemudian baru dilakukan pembuatan pola batik.
”Setelah selesai proses pembuatan pola pada minggu selanjutnya akan dilakukan pewarnaan,” imbuh mahasiswa semester empat ini.
Para siswa yang mengikuti pelatihan ini tidak hanya diikuti oleh orang-orang yang memiliki kemanpuan membatik, namun siswa yang hanya sekedar ingin sekedar ikut saja juga bisa mengikuti pelatihan ini. Setelah proses pembuatan batik selesai, tahap terakhir adalah pameran batik yang rencana akan diadakan di SMA yang saat ini telah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Kedepannya, mereka berharap pasca kegiatan pelatihan membatik dapat dibentuk suatu komunitas di SMA setempat yang beranggotakan siswa-siswa yang memiliki perhatian lebih terhadap batik. Diakui Nanang, pondasi budaya perlu ditanamkan pada bibit-bibit generasi, terutama anak muda yang memegang peranan penting menuju perubahan. ”Output yang diharapkan nantinya pada pelatihan membatik ini adalah terbentuknya komunitas yang peduli dengan budaya,” pungkasnya. (*/hoe)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi