ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
20 April 2011, 20:04

Hary Berbagi Tips Kesuskesan Menjadi Mahasiswa

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Suaranya lantang. Sesekali candaan yang ia bawakan mampu membuat para hadirin tertawa. Chief Executive Officer (CEO) Lumen Capital Resourses yang sudah menerbitkan sebuah buku ini selama kurang lebih dua jam berbagi pengalaman hidupnya dan memotivasi para hadirin. Namun, ia sekarang tak bekerja menjadi arsitek lagi. Kini ia justru menjadi motivator, trainer, public speaker, serta stock, options & Forex trader.

”Apa saya ini salah jurusan?,”  tanyanya kepada diri sendiri saat masih menjadi mahasiswa baru Jurusan Arsitektur waktu itu. Namun, saat diwisuda tahun 1993, Hary malah menorehkan prestasi membanggakan, lulus dengan predikat cumlaude. Ialah menjadi satu-satunya wakil dari Jurusan Arsitektur sekaligus wakil dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanan (FTSP) yang ber-IPK cumlaude saat itu.

”Saya mau kita semua punya goal. Kalau tidak punya goal, kita tidak bakal sukses. Setidaknya, 1 goal yang spesifik. Tanpa tujuan yang jelas dan spesifik, tidak akan ada kesuksesan di sana,” papar Hary mengawali kuliah tamu tersebut.

Hary juga membuka wawasan para hadirin dengan karya-karya arsitektur terkenal dunia. Mulai dari Frank Gehry, hingga Michael Graves. Lebih lanjut, Hary menunjukkan pengertian istilah Arsitektur, yang semakin meluas penggunaannya. Ia pun membawa para hadirin kepada kisah hidupnya, lebih spesifik, saat menjadi mahasiswa arsitektur dahulu. Para mahasiswa arsitektur kebanyakan menurutnya, sibuk dengan mendesain bangunan. Namun tidak pernah sibuk memikirkan masa depannya. Terbukti, tugas-tugas yang banyak membuat para mahasiswa arsitektur selalu begadang.

”Satu hal yang saya sesali. Pada mata kuliah Rupa Dasar 2, mata kuliah nukang, saya mendapatkan nilai D dan tidak dapat diulang di semester berikutnya,” ujarnya. Sempat berpikir salah jurusan. Namun seiring waktu berjalan, ia percaya pada satu hal, Tuhan tidak pernah salah menempatkan kita.

Hary pun melanjutkan dengan menjelaskan faktor kunci untuk membuat goal atau tujuan hidup, pertama, goal tersebut harus spektakuler dan super. Goal yang dicapai dengan sebuah perjuangan. ”Goal saya pertama kali ketika masuk ke Jurusan Arsitektur adalah lulus dengan predikat Cumlaude,” tutur Hary.

”Jaman dulu, cumlaude adalah sebuah kemustahilan,” katanya. Namun Hary berpikir bahwa, nothing is impossible. Ia bisa membuktikannya dengan berusaha merangkap mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur dan mata kuliah Sains Bangunan 1 dan 2. Sebenarnya, bila dihitung-hitung, hanya dengan nilai C, ia sudah bisa lulus cumlaude. Namun, ia tidak ingin mempermalukan nama jurusannya. Oleh karena itu, ia mati-matian fokus mengerjakan tugas akhirnya.

Apa rahasianya? Nonton TV hanya seminggu sekali, di hari Minggu. Di luar itu, ia fokus terhadap tujuannya, yang saat itu ditempuh dengan menyelesaikan mata kuliah Studio Perancangan Tugas Akhir.

Setiap hari ia bertemu mentornya, Prof Dr Ir Josef Prijotomo M Arch untuk asistensi. Selain itu, ia juga asistensi ke banyak dosen. Menurutnya, hal itu cukup ampuh bila diterapkan oleh mahasiswa, karena kita tidak akan tahu siapa dosen penguji saat tugas akhir.

Dalam presentasinya, Hary juga memberikan beberapa trik ‘mengakali’ dosen. ”Anda mesti tahu dosen ini maunya apa. Kalau dosen minta 1, kita beri 2. Kalau dosen minta 2, kita beri 3. Begitu seterusnya. Dalam hal jumlah dan kualitas harus jauh di atas standar,” ujar Hary bersemangat.

”Buatlah mata dosen terbelalak menyaksikan karya Anda. Terlebih, buatlah dosen berkata ‘Wow’ pada karya Anda,” imbuhnya. Ia juga menjelaskan standar penilaian saat kuliah, meliputi nilai A yang terbaik, hingga E yang terburuk. Saat di dunia luar atau dunia kerja nanti, nilai itu sudah tidak berlaku.

Strategi Meraih Goal
Menurutnya, strategi dalam meraih goal adalah: Fokus dan komitmen. Berulang-ulang, Hary meyakinkan dan memotivasi para mahasiswa yang hadir untuk mau dan bisa lulus Cumlaude, IPK lebih dari 3,5. Ia juga menghimbau para mahasiswa agar menghindari zona nyaman, ”Zona nyaman mahasiswa  adalah film, TV, dan cangkruk,” ujarnya. Kontan, para mahasiswa tertawa terbahak-bahak. Kenyamanan adalah sebuah buaian maut menuju kesuksesan.

Strategi yang ketiga, bagi tujuan besarmu menjadi tujuan-tujuan kecil. Setiap kali FRS ke dosen wali, harus jebol indeks prestasi lebih dari 3,00. Tanpa skor C. Jangan pernah berpikir tidak mungkin dan susah. Strategi selanjutnya adalah selalu berkarya tanpa henti, konsisten, dan gigih. Jangan pernah fokus di masalah, namun solusinya.

Sempat memutarkan video singkat tentang Liu Wei, pemenang China Got Talent. Seorang anak yang tidak mempunyai kedua tangan. Ia juga memaparkan keberhasilannya berhenti merokok. ”Saya berhenti merokok karena MLM tersebut. Katanya, orang yang merokok tidak bisa bernafas dengan baik saat presentasi,” ujarnya. Oleh karena itu, dengan niat yang kuat, ia berhenti merokok hingga saat ini.

”Semua bisa didesain, karena Tuhan memberikan kita kekuatan untuk mendesain hidup kita. Kalian adalah arsitek dari kehidupan kalian sendiri,” pungkas Hary.

Kuliah tamu seperti yang Hary bawakan sangat jarang ada di Jurusan Arsitektur. ”Sebaiknya acara semacam ini diadakan setahun sekali,” ujar Febby Rahmatullah Masruchin, mahasiswa angkatan 2010. (ers/hoe)

Berita Terkait