Bertempat di Ruang Art, Jalan Nginden Baru gang empat no lima, tim ini mengadakan softlaunching Handister, Handmade Stuff Goes to Street, Minggu (17/4). "Pelatihan ini ditujukan untuk komunitas anak jalanan agar mereka bisa membuat produk aksesoris kreatif serta menjualnya agar bisa berwirausaha sendiri," terang Ketua Tim Handister ini. Selain Tyas, juga turut serta Ceyza Amera, Aini, Diana serta Desita Rizky.
Tyas mengakui, ide pelatihan ini tercetus saat tahun lalu dirinya bersama rekan tim Meralodist ditanya dewan juri Pimnas mengenai keberlanjutan usaha aksesoris ini. "Ya kami akan menularkan ilmu kami kepada anak-anak jalanan sehingga mereka juga bisa menghasilkan uang sendiri," tutur Tyas menirukan jawabannya saat presentasi PKM Meralodist. Didasari hal tersebut, tim dari jurusan Desain Produk Industri ini membuat PKM bidang pengabdian masyarakat tersebut dan memperoleh dana Dikti.
Menurut Tyas, pelatihan ini akan diselenggarakan sebanyak tiga sampai empat kali. "Untuk saat ini, kami akan membuat aksesoris kalung dengan bahan dasar flanel, clay, kain-kain perca, ranting pohon dan bahan-bahan ramah lingkungan lainnya," tutur Tyas. Dirinya menambahkan, dalam pelatihan akan diberikan modul kepada peserta mengenai produk yang akan mereka buat.
Tidak berhenti sampai proses pembuatan saja, tim Handister juga akan memberi bimbingan bagaimana menjual produknya secara langsung maupun secara online pada pertemuan selanjutnya. "Kebetulan, kami diberi alokasi tempat di Taman Kota untuk menjual disana, selain itu di ruang art juga tersedia akses internet gratis, jadi kami manfaatkan untuk mengajari bagaimana menjual produk secara online," jelas Tyas panjang lebar.
Dr Dra Ismaini Zain MSi, dosen pembimnbing tim Handister ini memberi pemahaman kepada peserta yang hadir mengenai bentuk pelatihan dan luaran dari program ini. "Nanti, setelah membuat produk, kalian bisa menjualnya sendiri dan tentu kalian nanti mendapat uang, pasti senang," tutur dosen Statistika ini kepada tujuh anak jalanan yang hadir dalam launching tersebut.
Rian, salah satu peserta mengaku senang bisa mendapat kesempatan untuk membuat aksesoris dan menjualnya. "Asyik, bisa membuat produk sendiri, menjual sendiri dan dapat uang, mentornya juga ramah-ramah," ujarnya sembari tersenyum. Rian bersama rekan-rekannya kompak berjanji mengikuti pelatihan ini hingga selesai.
Tyas berharap, usai program pelatihan ini, semangat anak-anak tidak pudar, bahkan memiliki online store sendiri. "Dari sekitar tiga puluh anak yang akan mengikuti, kami nanti bagi kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok memiliki spesialisasi usaha sendiri, sehingga mereka dapat mengolah keuntungan mereka menjadi modal kembali" jelas Tyas. (ton/bah)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,