ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
10 April 2011, 00:04

Asma Nadia Turut Meriahkan Poseidon 2011

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

“Sebelumnya, mari kita berikan applaus yang meriah untuk panitia,” suara Asma Nadia menggema di Pasca Sarjana lantai 3 ITS sebelumkan menyampaikan materi. Wanita kelahiran Jakarta ini ingin memberikan apresiasi kepada panitia yang telah mempersiapkan dan memyelenggarakan acara tersebut.

Kemudian, penulis buku Emak Ingin Naik Aji ini menceritakan bahwa dirinya pernah merasa minder dalam menulis. Dia merasa apa yang ditulisnya masih belum ada apa-apanya, masih kurang bangga pada awalnya. Tapi perasaan minder tersebut berubah ketika ada seorang remaja yang bercerita bahwa bukunya telah menggagalkan rencana bunuh diri yang akan dilakukan remaja tersebut. “Dari situ timbal rasa bangga dalam diri saya karena telah menulis yang bisa menginspirasi orang lain,” aku istri dari Isa Alamsyah yang juga penulis tersebut.

Selanjutnya, pemilik nama asli Asmarani Rosalba ini menyebutkan diperlukannya rasa cinta dalam menulis. Dengan mengutip kalimat yang ditulis oleh suaminya dalam buku No Excuse!, Asma mengatakan bahwa orang sukses adalah orang yang berhenti mencari-cari alasan.  Menurutnya, alasan kuliah, sibuk, tidak ada komputer untuk mengetik bukanlah hal yang patut dijadikan alasan. Yang penting adalah kecintaan untuk menulis. “Karena cinta ini bisa memberikan ketabahan,” ungkapnya.

Menurut penulis yang pernah berkeliling kota di 22 negara tersebut, menulis merupakan sebuah ketrampilan yang dapat dipelajari dengan cara terus-menerus, diasah, dan disertai semangat yang tinggi. ”Sumber semangatnya  adalah temukan pertanyaan why? Kenapa kamu harus menulis?”, terangnya.

Asma mengatakan bahwa sebenarnya banyak sekali orang yang dapat menulis dengan baik. Namun sayangnya mereka tidak mewujdkan potensi tersebut. ”Tidak ada orang yang malas, yang ada adalah orang yang tidak punya motivasi,” terang wanita berjilbab tersebut.

Motivasi pun bentuknya bermacam-macam. Bisa jadi prestasi, amal jariyah, diterbitkan menjadi film, sebagai penghibur, menyenangkan orang tua, dan sebagainya. Untuk mewujudkan motivasi itu, penulis pemula bisa belajar menulis kepada penulis besar dengan cara membaca karya-karyanya. ”Jangan hanya bermimpi, temukan why-mu dan menulislah dengan hati,” ujarnya memotivasi.

Tidak hanya itu, ketua Forum Lingkar Pena (FLP) tersebut juga menyebutkan ”dosa” para penulis pemula. ”Dosa-dosa” tersebut adalah judul dan opening yang kurang menarik, tidak fokus, bertele-tele, konflik yang tidak menarik, serta ending yang tidak berkesan. Menurutnya, hal tersebut yang sering menjadi penyebab tidak lakunya tulisan. ”Tulisan itu harus mempunyai inti cerita dari yang ingin teman-teman sampaikan,” ujarnya menyayangkan.

Sama seperti saat Boim Lebon menyampaikan materi, sesi tanya jawab tidak kalah menarik daripada sesi materi. Salah satunya adalah Batiar Rifai Septiansyah yang mengajukan pertanyaan mengenai kekurangsukaannya pada cerpen dan novel karena cenderung hiperbolik. ”Bagaimana memasukkan engineering, sains ke dalam karangan populer?” tanyanya mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ITS itu.

”Hiperbola memang perlu dlam sebuah karangan populer, tapi kita masukkan yang perlu saja,” jawab Asma Nadia. Kemudian Asma menambahkan, semua orang dengan segala yang dimilkinya, memiliki kekayaan yang berbeda satu sama lain. Kekhasan ini sejatinya bisa dimanfaatkan sebagai setting dalam menceritakan pengalaman di bidang yang digeluti.

Asma juga memberi motivasi kepada peserta yang menceritakan bahwa karyanya pernah ditolak penerbit. Hal yang perlu dilakukan lagi adalah mengoreksinya dengan teman-teman terdekat. ”Buku itu, jika kita persembahkan untuk orang-orang yang kita cintai, untuk umat, kita akan berusaha membuatnya menjadi sesempurna mungkin. Walaupun kita tahu tidak mungkin sempurna,” pungkasnya. (nir/hoe)

Berita Terkait