Satu diantara beberapa kegiatan yang digelar pada LITL kali ini adalah Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat nasional untuk mahasiswa dan tingkat se-Jawa Bali  untuk siswa SMA. Dikatakan Ketua Panitia LITL, Syifaul Fuad Bashori, tak kurang dari 150 tim dari kedua kategori berpartisipasi mengikuti seleksi.  Dari 150 tim tersebut masing-masing hanya diambil sepuluh finalis yang mempresentasikan karyanya.

Syifa menyebutkan bahwa pada LITL kali ini, mereka sengaja mengangkat tema Optimalisasi Teknologi dalam Pengolahan Sumber Daya Air. Alasannya adalah kompleksnya permasalahan air yang dihadapi masyarakat belakangan ini. “Tak hanya krisis air, pencemaran air juga kian marak dijumpai,” ujar mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2008 ini. Melalui ajang seperti LITL inilah, Syifa berharap akan banyak inovasi yang dapat memberikan solusi atas permasalahan air. “Optimalisasi teknologi karya para siswa dan mahasiswa diharapkan dapat diterapkan,” imbuhnya.

Arief Rahmatullah, mahasiswa Teknik Kimia ITS adalah salah satu yang turut berpartisipasi dalam lomba tersebut. Bersama kedua teman setimnya, Arief membuat Multifunctionable Toilet Wastafel (M-Tow). Karyanya berupa sistem saluran air dari wastafel yang langsung terhubung dengan saluran toilet. Arief sendiri menyebutkan bahwa sistem serupa sebenarnya sudah ada di Jepang. Hanya saja jika di Jepang air wastafel langsung disalurkan begitu saja ke toilet.

“Kami melakukan inovasi dengan menyaring air dari wastafel terlebih dulu sebelum digunakan untuk flushing toilet,” terang Arief. Inovasi tersebut dikatakan Arief tak lain untuk alasan kebersihan. “Jika air kotor digunakan untuk flushing maka bisa menjadi sumber penyakit,” tutur mahasiswa angkatan 2009 tersebut.

Berbeda lagi dengan inovasi yang diangkat Wahyu Adi Saputra, mahasiswa Teknik Perkapalan ITS. “Prinsipnya, kami melakukan desalinasi di kapal,” ujar Wahyu. Untuk keperluan itu, Wahyu memanfaatkan kapal tanker berlambung tunggal yang sejak tahun 2005 lalu dilarang beroperasi. Larangan beroperasi tersebut disebabkan karena lambung kapal cenderung mengalami kebocoran. Hal inilah yang memicu pencemaran perairan dengan tumpahan minyak yang dibawa kapal “Hal berbeda didapati jika kapal tanker ini digunakan sebagai tempat pengolahan air,” pungkasnya. (fi/tyz)