ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
27 Maret 2011, 07:03

LITL Kupas Permasalahan Air Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Persoalan perairan di Indoenesia sudah sepatutnya tidak dipandang sebelah mata. Baik dari segi opportunis maupun permasalahannya. Terlebih, mengingat sumber daya alam air di Indoenesia yang begitu melimpah dan. Hal ini potensial untuk dieksplorasi, termasuk  dalam hal teknologi pengelolaannya.

Bertempat di Balai Pemuda, Dr Iwan Krida selaku pakar teknologi perairan ITB memaparkan tentang IWRM (Inegrated Water Resource Water Managament) sebagai upaya pemaksimalan pengelolaan sumber daya air. “IWRM dalam bahasa lebih familier Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu sudah diterapkan sejak 2001 lalu,” tutur Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB ini.

Dalam peraturan IWRM tersebut, sebenarnya sudah termaktub tentang regulasi pengelolaan sumber daya air. Seperti konservasi, pendayagunaan, serta peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Sebagai studi kasus diterangkan masalah pencemaran Sungai Ciliwung. Seperti yang diketahui, kondisi sungai Ciliwung saat ini sudah di atas batas toleransi pencemaran. Dengan berkaca dari system IWRM ini, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pemulihan sungai yang telah berkontribusi dalam banjir di ibukota tersebut.

Selain itu, dalam diskusi yang melibatkan beberapa universitas nasional seperti IPB, UI dan ITB, juga menyoroti system perairan Indonesia yang kini berada dibawah naungan PDAM. Menurut Iwan, system yang digunakan masih sangat minim. “Coba lihat di luar negeri, air dari kran bisa langsung diminum, berbeda dengan di Indoensia,” sergah Iwan.

Lebih lanjut iwan menerangkan, PDAM hanya bertanggung jawab pada proses produksi hingga penyaringannya saja. Lebih dari itu, pendistribusian dan proses lainnnya sudah diluar tanggung jawab PDAM. “Padahal, dalam proses distribusi itulah banyak potensi terjadinya kebocoran-kebocoran,” terangnya.

Menaggapi hal tersebut, Prof Wahyono pun sepakat,. Menurutnya, sudah sepatutnya pemerintah kota turut andil dalam upaya penggalakan air bersih. “Bisa dilakukan dengan menerapkan system monitoring jarak terjauh distribusi air,” kata Wahyono. Dosen yang baru meraih paten atas teknologi penyaringan airnya ini menerangkan dengan sistem monitoring titik terjauh tersebut, pemerintah daerah dapat mendeteksi kualitas air yang terdistribusi.

Iwan menambahkan, bisa juga menerapkan sistem penyelidikan kejahatan pada aliran air yang disebut dengan environment forensic.  Hal ini juga sempat menjadi konsentrasi Iwan. Dengan teknologi environment forensic tersebut, bisa dideteksi orang-orang yang melakukan kejahatan, misalnya saja pencurian air. “Tapi tetap saja ada kelemahannya, yakni tidak bisa membaca dalam skala kecil,” pungkasnya. (fz/niv)

Berita Terkait