Satu bagian yang merupakan inti dari pembicaraan Adri yaitu kuncinya adalah nekat. Segala sesuatu terjadi atas izin Tuhan. Kenekatan adalah keberanian. Just Do It. Kita harus menjalankan rencana paling dekat. Keberanian adalah bukti dari iman.
Pada akhir materinya, Adri menerangkan tentang rahasia doa selalu dikabulkan ada tiga syarat, yakni: meminta, yakin, terima. Kita sering berdoa, namun ujungnya sering sekali berkata ‘tapi mana mungkin ya Tuhan’. "Memintalah yang lebih. Jangan takut," ujar Adri.
Dengan logat Jawa yang khas dan pembawaan yang menarik, Adri mampu menghipnotis penonton untuk mendengarkan setiap kisahnya. Adri sering melontarkan canda. Ia bercerita kisah kenekatannya mulai dari membeli motor hingga membeli rumah.
Ambil masalah besar dalam kehidupan kita. Adri pun bercerita, "Saya sempat gagal memperoleh beasiswa ke Malaysia." Ia mengaku dapat berbahasa Inggris pasif dengan baik. Namun tidak dapat berbahasa Inggris dengan aktif. Karena gagal, akhirnya Adri mencatat poin-poin penting pertanyaan yang ditanyakan saat wawancara untuk dijadikan bahan pelajaran ke depannya.
Adri, kemudian melanjutkan materinya. "Takdir ditentukan oleh Tuhan. Seharusnya kita berprasangka baik kepada Tuhan. Tuhan menggagalkan rencana kita agar kita cari cara lain," tegas lulusan SMA 2 Kediri ini.
Adri sebenarnya ingin kuliah di Universitas Indonesia, namun takdir berkata lain, ia diterima di Universitas Airlangga (Unair). Adri mencoba mengambil hikmahnya, ternyata di Unair ia malah menjadi Presiden BEM.
Setelah dijejali materi, karena seminar ini adalah training, para peserta langsung dipandu untuk melakukan simulasi. Diiringi lagu-lagu instrumental, mereka pun diperintahkan untuk menutup mata dan membayangkan, mau menjadi apakah mereka di tahun 2030.
Kemudian pada usia 40 tahun, mereka adalah siapa, berdomisili di mana, dan memiliki penghasilan berapa. Mahardika, selaku moderator dari BEM ITS lah yang memandu simulasi tersebut. Beberapa peserta mulai menitikkan air mata.
Mahardika lalu melanjutkan dengan menantang para peserta untuk menelepon orang tua mereka. "Siapa yang berani mengambil handphone saya dan menelepon orang tua yang ada di rumah, berkata bahwa saya akan membiayai kuliah saya sendiri, pak, bu." Namun sayang, tidak ada peserta yang bersedia. Mahardika lalu bercerita kisahnya membiayai SPP-nya sendiri bersama empat orang temannya yang lain, dengan uang dari hasil PKM yang didanai.
Syukron Makmun, mahasiswa dari D3 Teknik Elektro FTI ITS mengungkapkan, "Selama ini tujuan hidup memang ada, tapi masih tidak jelas. Saya tertariknya karena ini tentang pemetaan hidup. Ternyata materi seminarnya cukup berkesan, tentang masalah nekat, kemampuan yang diberikan oleh Tuhan itu lebih besar dari ujian yang ditimpakan kepada kita," paparnya. Mahasiswa asal Pacitan ini menuturkan bahwa hidup ini tidak sekedar untuk kuliah dan berorganisasi, ia juga melaksanakan kegiatan lain, yaitu berjualan.
Para peserta kemudian diajak menyaksikan kisah inspiratif dari seorang pedagang asongan namun bisa menjadi mahasiswa dan membiayai kuliahnya sendiri di Sastra Jawa UI. Ada satu kata mutiara menarik dari mahasiswa tersebut, "Pendidikan bukan segala-galanya, tetapi dengan pendidikan, kita bisa meraih segala-galanya". Acara tersebut dipungkasi dengan pemutaran sebuah video The Secret.
Sementara itu, Elian, Ketua Panitia acara LMT ini menjelaskan, "Tujuan dari acara ini agar
para mahasiswa ITS dapat memiliki tujuan hidup yang terarah dan dicapai
dengan langkah-langkah yang konkret." (ers/nrf)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi