ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
19 Maret 2011, 22:03

Sumarno: Jadi Wartawan Itu Enak

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Boleh saja masyarakat beranggapan kalau menjadi wartawan itu sulit. Pasalnya, tidak dapat dipungkiri, terkadang masyarakat awam  menilai seorang wartawan akan tertekan jika berhadapan dengan narasumber yang alot dimintai keterangan. Pun begitu dengan narasumber yang tampil garang.

“Ada narasumber yang membingungkan, tidak jelas, bahkan ada yang cukup menakutkan,” tutur Marno disambut gelak tawa peserta pelatihan. Memang diakui Marno, menghadapi narasumber harus memiliki trik tersendiri. Tidak memojokkan serta mampu menyelami sang narasumber.

Dengan alasan itulah, Marno menyebutkan setiap orang mampu menjadi seorang wartawan. Meski tidak dapat dipungkiri, bakat tetap menjadi salah satu poin penting. Selain itu, wartawan butuh pengetahuan luas, ingin tahu dan teliti. Jika tidak, ia tak akan mampu melihat nilai berita yang unik untuk di-publish.

Satu lagi syarat seorang wartawan adalah kepribadian menarik. Bukan kepribadian lucu atau baik hati. Namun, yang dimaksud disini adalah kepribadian versi wartawan. “Harus jujur, obyektif, inisiatif, dan kreatif. “tambah pria yang pernah menjabat sebagai sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Lumajang.

Tak lupa, Marno juga mewanti-wanti untuk tidak menjadi wartawan yang Bogrex alias tidak sesuai dengan kode etik. “Ada wartawan yang mengancam narasumbernya atau memakai cara tidak benar,” ujar redaktur di harian Radar Surabaya ini.

Bahkan, dalam dunia kewartawanan, ada orang yang mengaku-ngaku sebagai seorang wartawan. Biasanya, wartawan model ini berkutat dengan selebritas. Dimana ketika ada informasi of the record, wartawan palsu ini lebih bersifat mengancam. “Maklum, kartu pers bisa dibeli,” tambahnya.

Lalu apa keuntungan menjadi wartawan? Dengan lugas Marno mengungkap banyak iming-iming menarik yang bisa didapat. “Kita bisa jalan-jalan gratis dengan fasilitas lengkap,” terang Marno lagi. Ia mencontohkan acara Sea Games di Thailand. Berangkat, kebutuhan, hingga pelayanan saat acara, bisa ia peroleh secara gratis.

“Mahasiswa pun bisa menikmati hadiah menarik dalam dunia jurnalistik,” sebutnya. Walaupun tidak dapat terjun langsung dalam dunia tersebut, mahasiswa bisa menjadi pihak yang menyuarakan pendapatnya serta cerita kreatif  lewat cerpen.

Jika mampu mengirimkan tulisan semacam itu, mahasiswa bisa memperoleh penghasilan lebih. Misal, tulisan untuk kolom opini atau kolom mahasiswa. “Imbalannya lumayan. Jadi, tidak menggantungkan biaya pada orang tua,” pungkasnya. (esy/hoe)

Berita Terkait