ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
12 Maret 2011, 20:03

Mawapres ITS-UGM: Gelar Mawapres Itu Hadiah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam seminar The Golden Ways to be The Winner yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (Himatekk), duo Mawapres tersebut memaparkan banyak hal mengenai mawapres. Mulai dari penilaian tingkat nasional, prestasi yang harus dicapai, hingga kepribadan seorang Mawapres.

Nasikun sebagai pembicara pertama, terlebih dahulu mengungkapkan pengertian seorang Mawapres menurut DIKTI. “Mawapres itu mahasiswa yang mampu mencapai prestasi tinggi di berbagai bidang,” jelas mahasiswa jurusan Teknik Informatika ini. Lewat pengertian tersebutlah, ia mengupas persyaratan yang harus ditempuh seorang calon Mawapres secara detail.

Dikatakan Nasikun, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tetap menjadi suatu syarat. Namun, bukanlah syarat utama. “Jika melihat IPK, semua bisa jadi Mawapres. Sebab, hanya 2,75,” ulasnya. Kegiatan ekstrakurikuler pun tetap menjadi syarat dan memiliki poin tersendiri. Ia menyebutkan banyak Mawapres yantg memiliki latar belakang organisasi yang kuat.

“Menjadi Ketua BEM tingkat perguruan tinggi mendapat delapan poin, fakultas enam poin, dan jurusan empat poin,” jelas mahasiswa yang pernah menjadi student exchange ke Korea Selatan ini. Poin ini bisa dianggap cukup besar sebab melebihi poin juara tingkat nasional, yakni lima poin. Diakui Nasikun, poin tersebut juga sama dengan poin untuk keterlibatan dalam seminar nasional.

“Menjadi Mawapres tidak harus menjadi juara,” tegasnya. Tak hanya itu, ia juga menuturkan bahwa kemampuan bahasa Inggris juga menjadi salah satu persyaratan. Penilaian kategori ini biasanya lewat wawancara, ringkasan, atau presentasi.

Ia menekankan pada peserta seminar kali ini, Mawapres itu layaknya intan. Sebab, butuh proses panjang dalam mencapainya. Bukan hanya satu atau dua hal lagi, melainkan banyak hal. Dan proses panjang itulah yang mampu berbuah prestasi.

Senada dengan Nasikun, Zia lebih mempertegas bahwa gelar Mawapres bukanlah sebuah target mutlak yang harus ditempuh. “Kita (Zia dan Nasikun, red) berpikiran sama bahwa menjadi Mawapres adalah suatu hadiah atau timbal balik,” tuturnya.

Menurut Zia, ketika seseorang berkeinginan menjadi Mawapres, sedikit banyak harus sharing dengan orang-orang yang telah menjadi Mawapres. “Kalau berteman dengan Mawapres, mungkin kita akan terinspirasi dan bisa jadi Mawapres juga,” seru Zia yang mengundang tawa peserta seminar.

Tak hanya itu, sharing juga harus dilakukan dengan dosen. Zia mencontohkan, mahasiswa yang punya minat di bidang tertentu, mau tak mau harus bisa banyak bertanya dengan dosen yang mahir di bidang tersebut. Sebab, hal itu juga bisa menjadi salah satu langkah berbuah prestasi.

Ia juga berpesan, ketika mahasiswa melakukan banyak hal dan merasa mengalami kejenuhan, maka yang harus diingat adalah prinsip emotion created by emotion. “Lakukan hal yang kita sukai. Misal main game,” lanjutnya.

Juan Firmansyah, salah satu peserta seminar ini menuturkan manfaat yang ia peroleh setelah mengikuti seminar ini. “Saya jadi tahu kalau jadi mawapres tidak harus punya IPK diatas 3,5,” ujar mahasiswa Teknik Kimia angkatan 2010 tersebut. (esy/bah)

Berita Terkait