Kompetisi bisnis plan memang tengah menjamur hampir di setiap jurusan di ITS. Bagi Himatekk sendiri, MSC tak lain merupakan kompetisi bisnis plan yang terbilang sukses tahun lalu dan dihelat kembali tahun ini. Menciptakan produk, pemenuhan basis kebutuhan masyarakat, serta pengembangan ide orisinil menjadi gema acara ini.
Sesuai namanya ‘Make and Sell’, kompetisi ini memang menuntut peserta tak hanya berkutat pada penciptaan ide bisnis, melainkan proses menjual. Setidaknya begitulah pemaparan Hita Hamastuti, panitia acara tersebut. “Peserta juga diminta memamerkan produknya di stan yang disediakan,†ungkap mahasiswi angkatan 2008 ini.
Terhitung dari 83 proposal yang terkumpul, telah dikerucutkan menjadi sembilan tim untuk presentasi karya di BG Junction. Sembilan tim yang berpeluang itu adalah dua tim dari ITS, dua tim dari Universitas Yogyakarta (UNY), dua tim dari Universitas Gajah Mada (UGM), dan satu tim lagi dari Akademi Pimpinan Perusahaan Kementerian Perindustrian RI. Sedangkan dua lainnya dari Universitas Muhammadiyah Semarang dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Mereka presentasi secara terbuka di depan juri,†tambah Hita. Juri kompetisi ini pun tak main-main. Ada Putu Darma Msi, sosok yang tidak asing lagi di dunia bisnis. Sebab, ia seorang pengusaha, motivator, dosen, juga pendiri jaringan bisnis Indonesia.
“Juri lainnya dari ITS. Beliau juga orang bisnis,†sahut Hita. Endang Sudarsih SE Msi sebagai koordianator mata kuliah Pengantar Technopreneurship inilah yang dipercaya sebagai juri kedua. Secara khusus, Endang juga menuturkan kebanggaannya terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa yang makin hari makin kreatif.
“Kekreatifan itu bisa dilihat dari cara mereka mendesain proposal yang eye catching,†ujarnya. Proposal memang menjadi bagian penilaian, seperti tata tulis, kerapian, dan penggunaan bahasa. Ia juga menyebutkan bahwa ada unsur kretivitas lain yang dimasukkan dalam penilaian juri, yakni keunikan dan manfaat ide, serta keunggulan produk atau jasa.
Selain itu, penilaian juga ditekankan pada potensi karya yang meliputi perolehan profit dan keberlanjutan usaha. Selebihnya penilaian mengarah pada penyusunan anggaran biaya. Mulai dari kelengkapan, kejelasan penggunaan, sampai kewajaran. “Presentasi juga dinilai termasuk sistematika penyajian,†lanjut Endang lagi.
Setelah melalui tahap presentasi, lima besar finalis yang lolos seleksi akhir berkesempatan mempresentasikan karyanya pada National Education and Entrepreneurship Seminar (NEES) sebagai rangkaian lain Chernival. Seminar yang mengundang Goris Mustakim tersebut dihelat di Ruang Sidang jurusan Teknik Sipil.
Berkat kegigihannya, akhirnya tim dari UGM mampu meraih juara pertama dengan judul Coco pillow, bantal beraroma kelapa. Sedangkan posisi kedua diduduki ITS dengan karya Juragan Degan: Kuliner Kelapa Muda Portable dan non Konvensional, dan Browlish karya anak IPB sebagai juara ketiga.(esy/nrf)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi