Tak dapat dipungkiri, dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara, tidak dapat lepas dari komunikasi. Baik komunikasi publik maupun komunikasi politik. Namun ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara komunikasi politik maupun komunikasi publik.
"Komunikasi politik merupakan segala bentuk ucapan yang bertujuan mempengaruhi kebijakan politik," terang Effendi Gozali membuka diskusi panel yang dihadiri sekitar dua ratus mahasiswa ITS tersebut. Effendi lalu mengambil contoh seperti iklan, reklame, atau juga kampanye politik menjelang pemilihan umum Presiden atau pemilu.
Sedangkan komunikasi publik, pria asal Padang tersebut menambahkan, merupakan komunikasi yang basisnya melibatkan publik, atau of publik interest. Namun, yang disayangkan Effendi, menurutnya komunikasi publik saat ini di Indonesia sudah banyak yang terpeyorasi karena tidak menyangkut kepentingan publik. Ia sempat menyinggung sidang paripuna beberapa waktu lalu, banyak dalam kesempatan tersebut tidak menyangkut kepentingan rakyat. "Pesan yang disampaikan tidak jelas pengaruhnya," ungkapnya.
Lebih jauh, Effendi menjelaskan, dalam komunikasi publik yang utama adalah negara hadir dalam setiap permasalahan bangsanya. Effendi menyebutkan salah satu permasalahan nelayan yang kelimpungan tidak bisa melaut karena cuaca buruk tiga bulan belakangan. "Itu merupakan bencana bagi mereka, dan sudah seharusnya pemerintah hadir diantara mereka untuk membantu," tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Suko Widodo, yang juga pakar ilmu komunikasi Universitas Airlangga, menyebutkan bahwa pemerintah telah batal menyelenggarakan negara. Menurutnya, suatu negara merupakan bentuk kesepakatan atau kontrak antara pemerintah dengan warga negaranya.
Ia menyebutkan beberapa pasal undang-undang dasar 1945 pasal 33. Pada pasal tersebut menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Namun, nyatanya yang terjadi di Indonesia bukan demikian.
Untuk itu, Effendi lalu menambahkan, bahwasanya peran mahasiswa dapat turut serta membangun negeri, termasuk mahasiswa ITS yang latar belakangnya keteknikan. “Mahasiswa ITS pun bisa berperan, dengan mengadopsi rumus Termodinamika II,†ungkap Effendy.
Persamaan tersebut menyebutkan tentang persamaan keseimbangan energi luar dengan energi dalam. Agar kedua sistem ini seimbang, maka perlu dilakukan boundary. “Dengan begitu akan ada pertukaran energi yang seimbang,†terangnya.
Tak hanya dihadiri oleh mahasiswa ITS saja, tetapi dalam diskusi panel tersebut, juga dihadiri oleh siswa-siswi Sekolah Peradaban. Yaitu sekolah binaan siswa-siswi SMU se Surabaya yang berada dibawah naungan BEM ITS. “Diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa tentang wawasan kebangsaan dan isu kekinian,†terang Sekretaris Kementerian Hubungan Luar BEM ITS 2010-2011. (fz/nrf)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung