Kompetisi yang digelar di ITB tersebut diikuti oleh dua puluh finalis se-Indonesia setelah melalui proses seleksi proposal. Total sejumlah delapan tim yang lolos berasal dari ITS. Adapun proposal yang dikirim Robby bersama kedua rekannya berjudul IES Lamp: Lampu Ramah Lingkungan Berbasis Fuzzy Logic untuk Menghemat Energi Listrik.
“IES adalah lampu hemat energi sekaligus ramah lingkungan,†ujar Robby, mahasiswa angkatan 2008. Hal itu tak lepas dari alasan kategori inovasi efisiensi energi dan ramah lingkungan yang dilombakan.
IES mengunakan 25 lampu Light Emitting Diode (LED) yang dipasang secara seri. Menurut ketiga mahasiswa yang juga berasal dari Laboratorium Simulasi Sistem Tenaga Listrik tersebut, LED memiliki banyak kelebihan. Salah satunya adalah daya pancar 25 LED sebesar 5 watt setara dengan lampu neon dengan daya 20 watt. “Selain itu ketahanan LED bisa mencapai enam puluh ribu jam,†ujar Robby. Hal itu dinilai jauh lebih lama jika dibandingkan dengan lampu neon yang hanya bertahan selama lima ribu jam.
Robby mengakui, dari segi harga, LED lebih mahal dibandingkan lampu neon. Namun untuk investasi jangka panjang, dengan ketahanan lampu mencapai enam puluh ribu per jam, Robby mengatakan bahwa IES Lamp terbilang murah. “Selama riset pembuatan lampu kemarin, dana yang dihabiskan sekitar Rp 140 ribu,†imbuh Robby.
Tidak seperti lampu pada umumnya, IES Lamp ternyata juga dilengkapi berbagai fitur tambahan seperti auto dimmer dan manual dimmer. Fitur auto dimmer berfungsi untuk menyesuaikan daya pancar lampu dengan keadaan sekitar. “Kalau suasana sekitar gelap maka secara otomatis lampu akan menyala lebih terang, begitu juga sebaliknya,†terang Robby yang juga aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (Himatektro) tersebut.
Sedangakan fitur manual dimmer digunakan untuk menyesuaikan terang redupnya lampu sesuai keinginan pengguna. Misalnya saja saat pengguna membutuhkan cahaya redup saat tidur atau membaca. “Jadi pengaturannya terserah pengguna,†tutur Erik, mahasiswa Lintas Jalur angkatan 2009.
Ke depan, mereka berharap bisa mengkomersilkan IES Lamp. Hanya saja saat ini mereka masih mengusahakan paten dan pihak yang bersedia menjadi mitra penjualan produk. “Tapi kami juga berencana akan memperbaiki produk ini terlebih dulu sebelum benar-benar dipasarkan,†ujar Robby.
Sempat Tertahan di Bandara
Mereka mengaku memiliki pengalaman unik saat akan mengikuti lomba di Bandung. Erik kebetulan kebagian tugas membawa IES Lamp yang belum selesai seratus persen. Saat itu ia harus menyusul Samuel dan Robby yang sudah terlebih dahulu berada di Bandung untuk keperluan technical meeting.
Karena mengendarai pesawat, ia sengaja tidak menaruh prototype lampu di bagasi. Akibatnya, Erik sempat ditahan pihak bandara karena barang bawaannya. “Saya dicurigai karena membawa prototype lampu, obeng, solder, dan banyak perkakas lainnya. Dikira mau mbajak pesawat mungkin,†ujar Erik sambil tertawa.
Meski sudah mencoba meyakinkan petugas bandara kalau barang-barang tersebut untuk keperluan lomba, Erik masih tak diijinkan membawa prototype-nya ke kabin. “Sengaja tidak saya taruh di bagasi karena takut rusak,†jelasnya. Syukurlah, setelah cukup lama berdebat, akhirnya pihak maskapai memberi solusi. “Alatnya ditaruh di bagasi tapi dengan berlapis-lapis pelindung agar tidak rusak,†ujar Erik. (fi/nrf)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung