Sesuai dengan Peraturan Akademik ITS tahun 2009, calon lulusan ITS diharuskan memenuhi persyaratan nilai minimum bahasa asing sebagai salah satu syarat kelulusan. Untuk nilai bahasa inggris, calon lulusan harus menuntaskan Test of English as a Foreign Language (TOEFL) dengan nilai 450 untuk program Diploma dan 477 untuk program Sarjana.

Oleh karena itu, banyak mahasiswa tingkat akhir yang kini tengah disibukkan untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti TOEFL. Hal tersebutlah yang menyebabkan angka peserta tes meningkat cukup tajam. Untuk itu UPT Bahasa dan Budaya kini telah mempersiapkan diri dengan memperbanyak jadwal pelaksanaan tes.

Jika biasanya TOEFL dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam seminggu, kini UPT Bahasa dan Budaya melaksanakan tes sebayak lima belas kali dalam seminggu. “Dalam sehari akan dijadwalkan dua kali tes, selain itu TOEFL juga akan dilaksanakan di Lab Bahasa sebayak tiga kali dalam seminggu,” terang Drs Fuad Cholisi MSc Phil selaku ketua UPT Pusat Bahasa dan Budaya ITS.

Semua upaya itu dilaksanakan agar calon lulusan ITS tidak terkendala dengan permasalahan TOEFL sebagai syarat kelulusan. UPT Bahasa dan Budaya menjamin semua calon lulusan tidak akan terbatas kuota dalam melaksankan TOEFL. ”Kami punya prinsip bahwa semua calon lulusan yang akan melaksanakan TOEFL harus terakomodasi,” ujar Fuad.

Selain itu, kebijakan baru juga telah dikeluarkan sehubungan dengan pelaksanaan TOEFL. Calon lulusan diperbolehkan untuk mengikuti TOEFL yang diselenggarakan oleh beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) lain di luar Surabaya. Kebijakan ini diberikan pada calon lulusan yang pernah gagal yudisium dua kali berturut-turut pada dua periode wisuda.

Berdasarkan dari data yang dihimpun hingga saat ini, prosentase jumlah calon lulusan dalam satu periode wisuda yang gagal memenuhi persyaratan TOEFL berkisaran dibawah sepuluh persen. Calon lulusan itu tentunya harus melakukan tes ulang untuk dapat meraih nilai TOEFL sesuai syarat minimum. (ald/hoe)