ITS News

Minggu, 21 Desember 2025
06 Februari 2011, 00:02

Sekolah Peradaban Mencetak Jiwa Penggerak

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seberapa jauh kita siap menderita. Seberapa lama kita mampu bersabar. Seberapa besar tekad kita siap gagal dan bangkit lagi. Seberapa dalam kita mampu menahan nafsu. Seberapa lama kita kuat bertahan untuk menderita. Seberapa kuat kita berusaha melalui rintangan. Itulah harga yang harus kita bayar untuk suatu keberhasilan. Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang pembicara kegiatan Sekolah Peradaban.

Kegiatan ini diselenggarakan BEM ITS atas keinginan untuk membentuk generasi SMA yang berpikir jauh ke depan. Jadi sasarannya pun pelajar-pelajar SMA. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu panitia kegiatan tersebut, Adityo Kuncorojati. Tujuan itu dilatarbelakangi oleh keadaan siswa-siswi SMA jaman sekarang. “Banyak dari mereka maunya instan untuk sukses dan suka hura-hura tanpa melihat kontribusi yang mereka berikan. Mereka banyak yang lebih memikirkan apa yang didapatkan, bukan apa yang dapat mereka berikan,” papar mahasiswa Jurusan Teknik Mesin tersebut.

Kegiatan ini merupakan pelatihan yang dilakukan secara berkala selama empat bulan. Selain pemberian materi, nantinya di kesempatan berikutnya akan diadakan outbond berupa permainan dan simulasi lainnya. Tidak hanya sampai di situ, peserta nantinya akan diajak untuk terjun langsung ke masyarakat untuk menganalisa kondisi masyarakat dan apa yang dapat mereka lakukan. Singkatnya, analisa sosial dan pengabdian masyarakat.

Saat Dr. Lilih Dwi Priyanto, MMT membawakan materi yang berjudul Between Success and Caracter, peserta tampak serius sekali memperhatikannya. Sampai-sampai ada dari terlihat dengan wajah menyesal, ada yang matanya sembab, bahkan ada pula yang menangis. Semua itu terjadi ketika peserta diajak merenung dan mengingat banyaknya waktu dan potensi yang tidak mereka optimalkan selama ini.

Dengan diadakan Sekolah Peradaban ini, diharapkan para peserta mampu menerapkan apa yang mereka dapatkan selama pelatihan ini. Baik diterapkan di sekolah ataupun di masyarakat. “Semoga mereka mampu menjadi motor perubahan,” harap Adityo.(nir/bah)

Berita Terkait