Sore itu warga Desa Bangeran kedatangan puluhan mahasiswa ITS. Tak heran jika digelar sebuah seremonial kecil untuk menyambut para mahasiswa di balai desa oleh kepala desa dan para warga setempat. Penyambutan yang sekaligus menjadi acara pembukaan IECC for Indonesia tersebut berlangsung cukup sederhana.
Tak berapa lama berselang, kegiatan pun dimulai. Sebagai bentuk penyesuaian, para mahasiswa berkeliling desa untuk mengenal daerah sekitar. “Di sela-selanya, kami juga menyempatkan diri mengajak Karang Taruna Bangeran berdiskusi masalah pendidikan,†ujar Nadia Sanggra Puspita, salah satu tim IECC.
Menginjak hari berikutnya, agenda yang dilakukan seluruh tim IECC for Indonesia adalah mengajar di sekolah-sekolah. Desa Bangeran memiliki empat sekolah, yakni SD Bangeran I, SD Bangeran II, SD Jatirowo I, dan SMP PGRI. â€Kegiatan mengajar dilakukan selama dua hari dan setiap kelas diisi oleh satu sampai dua orang pengajar,†tutur mahasiswa Teknik Kimia ini.
Ternyata banyak kejadian unik yang tertangkap saat momen mengajar para siswa SD hingga SMP tersebut. Nadia sendiri mengalami hal tersebut. Ia mendadak tidak mau mengajar lantaran mata pelajaran yang harus disampaikan adalah Bahasa Jawa. Nadia memilih mundur karena mengaku sama sekali tidak menguasai Bahasa Jawa. “Saya orang Jakarta, jadi tidak bisa Bahasa Jawa,†ujarnya sambil tertawa. Tak hanya Nadia, bahkan para mahasiswa lain yang juga asli Jawa mengaku tidak berani mengajar pelajaran satu ini karena merasa tidak mahir.
Sementara saat ditanya mengenai cara mengajar, Nadia mengaku jika seluruh tim berusaha menyampaikan materi sekreatif mungkin. Diantaranya dengan menggunakan media laptop. “Saya jadi lebih mudah memahami penjelasan kakak-kakak ITS,†ujar salah satu siswa SMP yang tengah diajar IT.
Lain lagi dengan SD Bangeran 2. Mahasiswa ITS malah menggelar sesi foto-foto di spot-spot desa. Salah satu lokasi yang dipilih adalah jembatan yang di bawahnya mengalir sungai. “Dengan begini, kami juga mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan, utamanya sungai,†tutur Nadia.
Bedah Perpustakaan
Tak hanya itu, mahasiswa ITS turut tergerak untuk membantu perpustakaan sekolah. Betapa tidak, kondisi fasilitas tersebut sangat memprihatinkan. Keadaannya bisa dianggap tak layak untuk menyandang nama perpustakaan sekolah. Beberapa rak yang ada bahkan sudah reyot, lapuk termakan waktu. Debu yang membungkus meja, hingga buku-buku menjadi kian tebal dari hari ke hari. Melihat keadaan tersebut, inisiatif tim IECC for Indonesia membedah perpustakaan SD Bangeran 2 tersebut. “Ada sekitar sepuluh mahasiswa yang merenovasi perpustakaan secara kecil-kecilan,†terang Nadia.
Tak hanya membantu membersihkan perpustakaan sekolah agar menjadi layak, mereka juga memberi bantuan berupa buku-buku pelajaran dan bacaan anak-anak. “Ini juga karena kebanyakan buku-buku mereka sudah menguning dan cukup memprihatinkan,†pungkas Nadia. (fi/nrf)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung