ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
22 Januari 2011, 19:01

Pakar ITS Soroti Identitas Kebangsaan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Empat pakar itu adalah Prof Ir Mukhtasor MEng PhD, Prof Ir Daniel M Rosyid PhD, Prof Soegiono dan Ir Haryono Sigit. Berbeda dengan pada forum ketiga HOS Tjokroaminoto lalu, pada forum diskusi kebangsaan ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh lintas agama. Seperti dari Islam, Kristen, Katolik dan Budha.

Dalam penyampainnya, Soegiono mengkritisi kebijakan pemerintah mengenai penggunaan bahasa asing pada sekolah dasar dalam Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Mantan Rektor ITS periode 1995-2003 ini mengatakan, jika ingin membangun identitas bangsa, maka bagunlah identitas itu dari usia dini.

“Namun dengan adanya SBI dan RSBI, anak-anak kita diharuskan menguasai bahasa asing. Tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian. Kalau dari kecil sudah tidak diajarkan bahasa kebangsaan, mana mungkin identitas bangsa bisa dimiliki generasi selanjutnya,” ungkapnya. Ia melanjutkan, sebenarnya adanya kebijakan ini karena pemerintah sangat terobsesi dengan adanya akreditasi Internasional.

Berbeda dengan Soegiono yang mengkritisi masalah pendidikan, Mukhtasor menyoroti kebangsaan dari sisi sejarah dan kenegaraan. Dewan Energi Nasional ini menceritakan, ketika era Soekarno, semangat yang menyatukan bangsa Indonesia adalah semangat kemerdakaan. Dan era Soeharto, semangat persatuan itu berubah menjadi semangat pembangunan.

Kemudian setelah era reformasi sampai saat ini, sebenarnya kita masih mencari semangat kebangsaan untuk apa Indonesia di masa depan. “Dan saat ini kelihatannya kita sedang menghadapi tantangan ekonomi, modal menjadi hal utama dalam semua aspek. Sehingga para pengusahalah yang kelihatannya memegang tapuk kepemimpinan,” beber dosen yang juga ketua Dewan Pembina Yayasan Pembinaan SDM IPTEK ini.

Oleh karena itu, Muhtasor mengingatkan agar jangan sampai pemimpin negeri hanya menuruti kemauan para investor saja dan melupakan kepentingan rakyatnya. “Dan untuk menghindari itu semua, kita harus mencari pedagang atau penguasaha yang mempunyai idiologi kebangsaan,” jelasnya.

Selain itu, dosen kelahiran Blitar ini menuturkan, sebenarnya negara adalah sebuah oraganisasi. “Organisasi terkompleks di dunia, bahkan PBB kalah kompleksnya dari negara. Oleh Karena itu maka dibutuhkan suatu kesamaan tujuan di semua lini di negara tersebut,” imbuhya meyakinkan.

Disamping itu, Prof Ir Daniel M Rosyid PhD yang juga pemrakasa forum ini mengatakan, kita harus bangga dengan bangsa sendiri. “Forum ini merupakan langkah untuk terus membangun bangsa, mulai dari diri kita sendiri. Yang penting kita harus tanamkan pada masyarakat ini kebanggaan terhadap bangsa,” ungkap Daniel yang juga menjadi moderator. (rik/yud)

Berita Terkait