ITS News

Minggu, 21 Desember 2025
18 Januari 2011, 13:01

Ruangan Dalam Ruangan: Pameran TA Desain Interior

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ruangan-ruangan tersebut tentu saja bukanlah sesungguhnya, melainkan maket-maket interior hasil karya mahasiswa prodi Desain Interior. Ruang-ruang kelas tersebut menjadi ajang pameran tugas akhir (TA) mereka hingga Kamis (19/1) nanti.

Untuk prodi tersebut, terdapat sekitar 10 orang mahasiswa yang akan melalui sidang penentuan tugas akhir. “Memang, di semester ganjil jumlah mahasiswa yang mengambil TA lebih sedikit daripada di semester genap,” tutur kepala Prodi Desain Interior, Anggri Indraprasti S Sn, MDs.

Tak hanya maket, para mahasiswa juga harus menyajikan gambar-gambar perspektif interior, gambar kerja, presentasi konsep, hingga laporan tugas akhir dalam tatanan yang menarik. Setiap mahasiswa memiliki tempat sendiri di ruangan tersebut, yang bebas mereka hias sesuai tema TA mereka.

Syarifah Nabilla misalnya. Mahasiswi berkacamata ini merancang interior sebuah butik fashion di kawasan Pakuwon. Tak hanya butik, one stop fashion center bernama Angge-Angge tersebut juga berfungsi sebagai sekolah desain sekaligus showroom bagi karya fashion.

Maket berskala 1:25 berukuran hampir 1m x 1 ini menunjukkan tata ruangan gedung serba merah muda dan ungu bergaya chic tersebut. Di sekelilingnya, tak hanya terdapat gambar-gambar beserta laporan sesuai ketentuan tugasnya. Tetapi juga ada bahan-bahan yang digunakan dalam desain ruangan, hingga sebuah kotak berisi ornamen perhiasan serta manekin. Semuanya memberikan kesan seolah-olah sudah berada di sentra fashion tersebut.

Selain sebagai sarana publikasi mengenai ITS, Anggri mengaku bila pameran ini sekaligus ajang unjuk kompetensi mahasiswa desain. “Seorang desainer kan ‘menjual diri, jadi harus bisa membuat sebuah presentasi karya yang menarik,” tutur dosen yang sudah mengajar sejak tahun 1998 ini.

Anggri sempat membandingkan karya mahasiswa sekarang dengan saat ia kuliah dulu. Menurutnya, dulu semua gambar dilakukan menggunakan tangan, sementara sekarang penggunaan gambar komputer lebih populer.

“Kalau gambar tangannya bagus, jiwa seninya akan lebih terlihat pada gambar-gambarnya,” tuturnya. Tetapi bukan berarti penggunaan komputer juga tidak memunculkan persoalan tersendiri. “Kalau mereka tidak mahir menggunakan software-nya, bisa fatal,” lanjutnya.

Memang, tidak semua mahasiswa yang mengadakan pameran menggunakan bantuan teknik digital. Sari Satriani, mahasiswa angkatan 2007 melengkapi karyanya dengan gambar-gambar tangan untuk perspektif dan beberapa gambar kerja detailnya. Objeknya sebuah rumah makan seafood di daerah Bontang Kuala dengan bentuk anjungan di tepi laut. “Gambar tangan memang lebih lama dan lebih capek mengerjakannya, tapi saya lebih puas,” ujarnya. (lis/yud)

Berita Terkait