ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
16 Januari 2011, 10:01

Kenali Calon Rektor Terpilih, Triyogi Yuwono

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebenarnya, Triyogi tak pernah bercita-cita menjadi seorang rektor. Yang ada dalam benaknya sejak masih mahasiswa adalah menjadi dosen, tidak lebih. Namun ternyata kenyataan berkata lain. Ketika lembar surat persetujuan pencalonan rektor sampai padanya, suara hatinya memanggil untuk lebih jauh mengabdi demi kampus yang telah menjadi bagian dari dirinya.

Ketika ditemui, sosoknya pun masih seperti biasa, santai, penuh semangat dan ramah pada siapa saja. Pria yang menganggap ITS sebagai ibunya yang kedua ini telah siap untuk mengabdi. Jiwa ke ITS-annya bahkan tak perlu diragukan lagi. Baginya, ia berasal dari ITS dan untuk ITS.

Dalam pikirannya, Yogi, begitu ia akrab disapa, kini sedang dipenuhi berjuta pemikiran tentang ITS empat tahun ke depan. “Tugas saya ke depan mengantar ITS menjadi perguruan tinggi yang diakui internasional sesuai dengan Renstra ITS 2017," tutur guru besar Teknik Mesin ini. Untuk itu, Yogi memfokuskan pada core business ITS, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Salah satu yang menjadi grand design concept-nya adalah menggalakkan Program Pengembangan dan Pemberdayaan Laboratorium. Yaitu, program yang ia anggap sebagai program yang wajib untuk segera direalisasikan.

“Laboratorium betul-betul harus diberdayakan. Karena menjadi tonggak ketiga aspek core business ITS. Di lab yang berkualitas, maka intellectual output-nya juga akan berkualitas,” tandas pria asal Tulungagung ini. Ia mencontohkan realisasi seperti produk penelitian, paper, dan jurnal internasional.

Lebih lanjut, peraih gelar doktor dari Institut National Polytechnique de Grenoble, Prancis ini menuturkan, selama ini di ITS memang belum ada program yang menggandeng dan mengatur laboratorium secara terpusat dan menyeluruh. Kegiatan yang dilakukan oleh laboratorium kebanyakan hanya bergantung pada jurusan masing-masing.

Oleh karenanya, Yogi yang sampai saat ini menjabat sebagai Kepala Laboratorium Mesin Fluida dan Mekanika Fluida tersebut menggagas adanya program yang menyatukan semua laboratorium di ITS.

Program ini akan diatur di pusat, kemudian di-breakdown pada setiap jurusan, di mana program tersebut inline dengan Renstra ITS. “Ada program maka ada evaluasi, berhasil ataukah tidak. Kalau behasil kenapa, dan kalau gagal kenapa. Di sanalah nanti ada proses learning,” terang Yogi bersemangat.

Pemikirannya tentang laboratorium juga dilandasi karena kebanyakan alat-alat laboratorium ITS sudah tergolong tua. Seingat Yogi, terakhir kali ITS mengadakan pembaharuan laboratorium secara besar-besaran sudah 10 tahun yang lalu. Ia berharap pada masa kepemimpinannya nanti, meski secara perlahan-lahan dan bertahap, pengembangan dan pemberdayaan laboratorium bisa terlaksana.

Selain itu, dalam rangka memperkuat ITS di kancah internasional, Yogi menekankan pada uniqueness  ITS. Yaitu, bidang kelautan, energi dan pemukiman. “Ke depan, segala research ITS akan diarahkan pada tiga hal tersebut,” tandas Yogi.

Tingkatkan Beasiswa Ekonomi Lemah
Berbicara mengenai ITS dengan Yogi seolah tidak ada habisnya. Bertahun-tahun mengabdi  untuk ITS membuatnya lebih jeli dalam menilik apa saja yang perlu dibenahi dalam diri kampus perjuangan ini.  

Tak luput dari perhatian Yogi adalah masalah penjaringan mahasiswa berprestasi dengan ekonomi lemah. Keinginan mulia Yogi ke depan adalah meningkatkan penerimaan mahasiswa berprestasi dari kalangan tidak mampu. “Kalau sejauh ini baru 2,5 persen, nantinya kalau bisa sampai 20 persen,” kata Yogi.

Tak sampai di sana, pengalaman melihat banyak teman-teman sejawatnya yang tidak bisa melanjutkan pendidikan di daerahnya, membuat pria yang genap berusia 51 tahun tepat 29 Januari mendatang ini berfikir lebih bijak. “Banyak sebenarnya yang ingin melanjutan sekolah, tapi tidak ada biaya, tapi juga tidak terlalu berprestasi,” tutur Yogi. Karena itu, Yogi yang juga menjadi pelopor PMDK khusus perempuan untuk jurusan Teknik Mesin ini berencana untuk memberi kesempatan pada calon mahaiswa yang punya tekad kuat untuk kuliah.

Hal itu dilakukan dengan cara memperluas kriteria beasiswa tidak hanya untuk yang berpresatsi saja, tapi juga yang prestasinya kurang menonjol tapi dengan keinginan yang tinggi. “Yang mereka butuhkan adalah kesempatan,” ungkapnya.

Bakal Libatkan Mahasiswa
Sebagai seorang dosen, Yogi dikenal sebagai sosok yang dekat dengan mahasiswa. Ia bahkan tak segan duduk bareng dengan mahasiswa dan berbicara santai tentang banyak hal. Bagi Yogi, sharing dengan mahasiswa justru menjadi cara yang efektif dalam proses belajar. “Banyak ide-ide kreatif mahasiswa yang muncul justru lewat obrolan santai,” katanya bercerita.

Menjadi salah satu rencana besarnya, Yogi ingin melibatkan mahasiswa dalam merancang masa depan ITS. “Dalam bayangan saya nanti, Rektorat dan BEM akan duduk bareng membicarakan ITS ke depan,” ujarnya. Dengan begitu, menurut Yogi tidak akan ada salah paham atau saling menyalahkan dan akan terwujud keterbukaan. “Dan semua kegiatan kemahasiswaan jadi terarah satu sama lain,” tambahnya.

Perhatian Yogi pada mahaiswa tak hanya sampai di situ. Kedekatannya dengan mahasiswa menjadikan Yogi lebih care pada anak didiknya. Salah satu bentuk perhatian Yogi adalah ia ingin menjadikan mahasiswa ITS menjadi kaum intelektual. “Mahasiswa ITS kebanyakan itu wong ndeso. Tapi jangan sampai kelihatan ndeso-nya,” kata Yogi tertawa. Caranya, menurut Kajur Teknik Mesin 1996-2003 ini adalah dengan membungkus mahasiswa dengan skill.

Bukan teori tentang skill yang dibutuhkan mahasiswa ITS, tapi langsung praktiknya. “Mahasiswa jangan hanya diberi umpan, tapi berikan kail. Dan kail itu adalah kesempatan mencoba,” tukas Yogi. Bapak tiga anak ini pun menekankan, kegiatan kemahaiswaan ke depannya harus menyeluruh menyentuh mahasiswa. “Tidak akan ada EO (event organizer) di ITS. Semuanya dari mahasiswa, untuk mahasiswa, dan oleh mahasiswa,” tegasnya lagi.

Di luar semua itu, menurut pria yang sempat mendapat kritikan putrinya karena maju dalam pemilihan rektor ini, yang dibutuhkan demi mewujudkan ITS yang lebih baik adalah kebersamaan antar semua elemen di ITS. “Semua tidak akan terwujud tanpa kebersamaan dan kerjasama semua elemen,” katanya. “Bersama-sama menjunjung tinggi ITS di percaturan internasional dengan cara yang pasti,” pungkasnya mantap.(fz/bah)

Berita Terkait