Forum HOS Tjokroaminoto merupakan forum diskusi para pakar berbagai bidang seperti, bidang pendidikan, kebudayaan, hukum, ekonomi, energi, dan sosial politik. Pada forum yang sudah diadakan tiga kali tersebut, dihadiri dua pakar dari ITS yakni Prof Ir Mukhtasor MEng PhD dan Prof Ir Daniel M Rosyid PhD.
Dalam penyampaiannya, Prof Ir Mukhtasor MEng PhD mengatakan, saat ini Indonesia mempunyai paradigma yang keliru mengenai energi, karena belum menempatkan energi sebagai modal pembagunan. “Selama ini, energi diberlakukan hanya sebagai komoditas saja bukan sebagai modal pembangunan, padahal hal itu sudah jelas menyalahi undang-undang,†terang guru besar Teknik Kelautan ini.
Ia melanjutkan, akibatnya pertumbuhan ekonomi cenderung naik, namun masih banyak ditemui penganguran.
Ia mencontohkan, sumber energi utama yang sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat selain Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah listrik, dan penyokong listrik Indonesia adalah PT PLN. “Saat ini, yang menjadi bahan dasar untuk menghasilkan listrik adalah minyak jadi hasil impor dari asing,†jelasnya. Padahal, Indonesia merupakan salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia.
“Kita ini seperti orang lapar yang menjual beras seribu rupiah dan kemudian membeli roti yang harganya 3000 rupiah untuk dimakan,†ilustrasi Mukhtasor. Saat ini, untuk membakar supaya menghasilkan jumlah listrik sama, dibutuhkan minyak yang harganya tiga kali harga batu bara. “Dengan jumlah bahan dasar sama untuk menghasilan jumlah energy listrik yang sama, kita membutuhkan satu batu bara atau tiga minyak,†terang anggota Dewan Energi Nasional ini.
Ia melanjutkan, tahun 2010 penduduk Indonesia adalah 280 juta jiwa, dan dipekirakan akan mengalami ledakan penduduk usia produktif pada rentan tahun antara 2025 sampai 2030. “Dan ada dua kemungkinan yang akan terjadi, ledakan penduduk akan menjadi bonus jika Indonesia bisa mengahadirkan lapangan pekerjaan atau akan menjadi bom waktu jika sebaliknya,†bebernya.
Menurutnya, salah satu solusi untuk mengurangi krisis energi yang berdampak pada kesejahteraan dan penyediaan lapangan kerja pada masyarakat adalah dengan membangun pembangkit listrik baru yang murah dan aman. “Itu sudah kita temukan, yaitu PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, red). Sudah terbukti aman dan sangat murah jika dibandingkan energi sekarang,â€katanya.
Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah presepsi negetiv masyarakat yang buruk terhadap PLTN, dan ini membutuhkan komunikasi yang baik antara pemerinyah dan masyarakat.
Dalam forum ini, juga dibahas mengenai kondisi pendidikan, hukum, ekonomi, social dan berbagai bidang lainnya di Indonesa. “Dan nantinya Hasil dari forum ini akan kami rekomendasikan ke pemerintah,†ungkap moderator forum HOS Tjokroaminoto, Prof Ir Daniel M Rosyid PhD. (rik/hoe)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung