ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
30 Desember 2010, 23:12

Ular Tangga Batto Lampy, Bagaimana Kabarmu Kini?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Awalnya, mereka adalah suatu komunitas
kecil peduli lingkungan hidup yang terdiri dari 5 orang mahasiswa Jurusan
Teknik Elektro, yakni 4 mahasiswa angkatan 2008, Anindito Kusumojati, Muhammad
Rizal Habibi, Dhuha Abdul Aziz Rahmatullah, Nastiti Puspitosari, dan 1
mahasiswa angkatan 2007, Rifgy Said Bamatraf.

 

Kisah mereka berawal di pertengahan
tahun 2009 lalu. Anindito mengamati kondisi lingkungan sekitar rumahnya yang
terkesan boros listrik. Ia menyadari bahwa listrik merupakan sumber energi yang
hampir dapat dikatakan merupakan kebutuhan primer manusia, karena hampir semua
aspek kehidupan manusia ditunjang dengan adanya listrik.

 

Di sisi lain, listrik berasal dari suatu
pembangkit yang didistribusikan ke para konsumen. Mirisnya, 84% pembangkit
Indonesia berasal dari energi fosil, seperti batubara, gas bumi, dan minyak
bumi, sisanya adalah dari energi non-fosil. Jika digunakan secara masif, dampak
jangka panjangnya adalah tidak ada lagi listrik di masa depan, selain itu juga
dapat mengakibatkan efek kontemporer seperti global warming. Mereka terinspirasi
dengan gerakan sosialisai ‘17-22’ milik PLN yang mengarah ke arah sana.


Berawal dari sanalah, mereka berupaya mencari metode yang tepat untuk
menyosialisasikan ide mereka ke masyarakat. Ular tangga, mereka anggap sebagai
media yang tepat dan informatif untuk disosialisasikan pada anak usia sekolah
dasar. Di samping cara bermainnya yang mudah, ular tangga juga sudah cukup
dikenal oleh anak kecil zaman sekarang. “Sosialisasi adanya budaya penghematan
listrik harus dilaksanakan sejak dini. Parameter dini harus kami sesuaikan
dengan ilmu yang objek sasaran punya. Ketika saya mengamati buku Sekolah Dasar
adik saya, ternyata jenis-jenis energi sudah dikenalkan dalam mata pelajaran
IPA kelas 3,” ujar Habibi, mahasiswa berkacamata ini.


Setelah melakukan diskusi, tokoh yang mewakili kelimanya dalam ular tangga
tersebut pun dirancang. “Kami memilih tokoh animasi kartun baterai dan lampu
dan kami beri nama plesetannya, Batto dan Lampy,” terang Habibi. Desainernya
adalah Dhuha. Sedangkan, pencetus nama tokohnya adalah Nastiti. Langkah itu
mengawali langkah mereka selanjutnya. Batto
Lampy Community Development
, begitulah tim PKMM yang didanai DIKTI Rp 6.996.000,-
ini ingin disebut.

 

Keistimewaan ular tangga ini
dibandingkan dengan permainan ular tangga biasa dan ular tangga lain yang juga
pernah di PKM-kan adalah metode bermainnya yang khas. Disamping dibagi menjadi
tiga jenis kotak (kotak pengetahuan, kotak pertanyaan dan kotak Ambil Kartu), juga
ada alur berpikir yang menstimulasi hemat energi listrik kepada pemainnya.


Sejauh ini, karya mereka telah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Habibi
mengutarakan, “Kami harus berjuang keras menjalin kerjasama dengan 6 sekolah
dasar di Surabaya yang kami jadikan sampel yang mewakili semua kalangan, yakni
SDN Margorejo 1, SDN Kendangsari 5, SDN Kertajaya, SD Muhammadiyah 4, SDN Bubutan
4, dan SD Alam Insan Mulia.”

 

Habibi mengaku, respon positif diberikan
oleh anak-anak sekolah tersebut. Mereka sangat senang tentunya. Apalagi siswa
dari SD Alam Insan Mulia.”

Ada dua pertemuan dalam sosialisasi itu.
Sosialisasi metode permainan dan simulasi permainan. Uniknya, semua sesi diberi
pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat pemahaman anak-anak terhadap
materi yang diselipkan dalam ular tangga.


Sepuluh besar dari hasil post-test tersebut
diundang ke dalam forum bernama Festival Educational Game Ular Tangga Saving Energy for Better Life yang diadakan
pada 2 Mei lalu bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Dipilih
tempat di SD Muhammadiyah 4 Pucang karena lokasinya yang berada diantara semua
sekolah dasar yang diundang. Setelah bermain ular tangga raksasa di aula SD
Muhammadiyah, diadakan lomba cerdas cermat. Selain didukung oleh PT PLN, acara
tersebut diliput berbagai media.

 

Ada kejadian menarik saat sosialisasi dalam
suatu pameran. Banyak yang tertarik memintanya untuk anak mereka, terutama
ibu-ibu. Bahkan, Narto, kasubbag lomba di BAAK ITS bagian kemahasiswaan juga turut
meminta.

 
Ketika ditanya mengapa PKM ini tidak dimasukkan dalam kategori kewirausahaan,
Habibi menjawab, “Dari awal, niat kami adalah sosialisasi, jadi masuk ke dalam
kategori PKM-Pengabdian Masyarakat (PKMM).”

 

PKMM yang juga dijadikan bisnis ini tidak
mengganggu kuliah mereka. Perlu perjuangan panjang dan penuh pengorbanan untuk
menjalankan program sosialisasi tersebut.
“Kami berlima hanya mencoba berjuang, ikhtiar lillahi ta’ala, masalah hasil sudah ada Yang Maha
Menentukan,” ungkap Habibi bijak.


Harapan yang belum tercapai adalah ikut serta dalam acara road to PIMNAS. Ke depannya, Habibi berharap agar permainan ini
bisa dikenal oleh khalayak ramai. “Semoga tercipta permainan-permainan kami
selanjutnya. Ini kan masih Batto
Lampy versi1.5. Masih akan ada versi yang lain,” harap pemuda asal Mojokerto
ini.

 

“Budayakan hemat energi listrik, mulai
dari sekarang! Hal besar merupakan dampak dari adanya pergerakan-pergerakan
kecil yang ada di dalamnya. Mari kita cegah massive
global warming
mulai dari sekarang!” pungkas Habibi dengan penuh semangat.

Berita Terkait