Surabaya Goes To School (SGTS) adalah nama program yang diusulkan Nadia ke sebuah LSM internasional yang ada di Indonesia, Ashoka. “Mereka menggelar program tahunan untuk mencari pemuda yang tengah menggerakkan kegiatan sosialnya,†ujar mahasiswa Teknik Kimia ini.
Nadia mengaku sempat bingung saat hendak mendaftar. Pasalnya, LSM tersebut lebih berorientasi pada social entrepreneur. Kata-kata entrepreneur-lah yang sempat membuatnya bingung. “Pengertian kita selama ini, entrepreneur selalu berkaitan dengan bisnis, tapi disini ternyata entrepreneur digunakan sebagai konsep dasar,†terang mahasiswa angkatan 2009 ini. Nadia mengaku, benefit sosial menjadi inti dari social entrepreneur, bukan mengejar profit .
Berhasil terpilih sebagai bagian dari dua puluh change makers se-Indonesia, Nadia merasa bersyukur. “Setahun ke depan, kita mendapat bimbingan untuk menjalankan program sosial yang kita ajukan,†ujar Nadia.
Selain memperoleh kesempatan untuk berkonsultasi pada sebuah LSM berskala Internasional, Nadia pun juga akan mendapat bantuan publikasi dan pendanaan . “SGTS dinilai sustainable, dan unik, karena itulah berhasil terpilih,†jelas Nadia.
“SGTS adalah program edukasi bagi adik-adik putus sekolah di Surabaya,†jelas mahasiswa asal Jakarta ini. Program SGTS yang diusulkan Nadia sebenarnya adalah salah satu program kerja Departemen Sosial Masyarakat (Sosmas) BEM ITS kepengurusan tahun lalu. “Tahun tahun ini, SGTS menjadi program kerja Badan Semi Otonom ITS Education Care Center (BSO IECC) BEM ITS,†tutur mahasiswa kelahiran 22 September 1991 lalu ini.
Nadia melanjutkan, dalam program tersebut, adik-adik putus sekolah akan dibimbing, didampingi dan dibantu dalam hal advokasi agar kembali mengenyam bangku sekolah. Berdasarkan survei yang dilakukan bersama rekan-rekannya, Nadia menyebutkan bahwa penyebab anak putus sekolah tidak hanya dari segi lemahnya ekonomi keluarga, melainkan juga karena rendahnya motivasi si anak untuk melanjutkan pendidikan. “Banyak yang lebih memilih bekerja daripada bersekolah, ditambah lagi, orang tua si anak beranggapan bahwa pendidikan tidak penting,â€tutur Nadia. Hal itu lah yang mendorong Nadia dan rekan-rekannya menggerakkan program SGTS.
“Tahun ini kita membantu 57 anak putus sekolah. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang berjumlah 32anak,†ujar Nadia. Ia menyebutkan beberapa program yang diadakan SGTS dan sudah berjalan hingga sekarang. Salah satunya adalah diadakannya tutorial rutin setiap Minggu di Kecamatan Kenjeran. Tak hanya menggelar tutorial, SGTS juga pernah menggelar leadership outbond, dan membantu menyediakan perlengkapan sekolah seperti tas, sepatu, dan alat tulis.
Saat ditanya mengenai harapannya terkait program eduaksinya tersebut, Nadia berharap dua tahun ke depan ia bersama rekan-rekannya bisa membentuk Indonesia Goes To School. “Agar tidak ada anak Indonesia yang putus sekolah lagi,†pungkasnya. (fi/yud)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan