"Selama ini pratikum mikrobiologi industri hanya dapat menghasilkan produk mentah saja. Belum ada pengolahan secara industri hingga bernilai jual," terang Dra Nengah Dwinita Kuswytasari Msi memaparkan kegelisahannya. Dosen pengajar Mikrobiologi Industri ini berkeinginan meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang industri, sejalan dengan program teknopreneur ITS.
Wanita yang akrab disapa Wyta tidak sendirian dalam menggagas konsep ini. Ia bersama Dr rer nat Maya Shovitri menjadi pembina bidang mikrobiologi, sedangkan Dra Dian Saptrini MSc sebagai pembina bidang pengolahan ekosistem pesisir. Ketiga dosen jurusan Biologi ITS ini juga mengubah prosedur praktikum.
Pada tahun sebelumnya, dalam satu kelompok praktikum, mahasiswa melakukan semua materi percobaan. Hasilnya para mahasiswa tidak bisa fokus dan produk yang dihasilkan masih mentah. Kini, satu kelompok hanya membuat satu macam produk, tetapi mahasiswa tersebut bertanggung jawab penuh dari proses awal hingga siap jual. "Hingga terakhir, produk hasil pratikum mikrobiologi mereka bisa dipamerkan disini," ungkap Wyta.
Misalkan Bioghurt, salah satu produk yang turut dipamerkan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan yoghurt lain. Arsetyo Rahardhianto, salah satu pembuat yoghurt ini menjelaskan, kelebihan yoghurtnya terletak pada penggunaan bahan kimia sintetis.
"Bahan dasarnya tetap susu sapi, namun tidak memakai pemanis tambahan. Tidak ada pengawet, jadi rasanya benar-benar original dan tentu saja sehat," jelas mahasiswa yang biasa disapa Aryo ini. Meski tanpa pemanis sintetis, beberapa dosen,termasuk Wyta, menilai rasa bioghurt ini lebih enak daripada yoghurt biasanya.
Aryo bersama rekan kelompoknya, Rachmasari, Resky Surya Ningsih, Septia Arisanti dan Fajar Diah mengaku, sebelum menghasilkan bioghurt, mereka telah melakukan trial and error. Tercatat mereka telah 5 kali membuat, 2 kali gagal, 3 kali berhasil. "Penyebabnya, mencari kondisi steril, hanya didapat di labolatorium saja. Itu juga yang menjadi kendala kami jika bioghurt ini diproduksi massal," terang Aryo.
Namun Aryo beserta rekannya optimis suatu saat kendala sterilisasi ini bisa diatasi sehingga susu fermentasi yang bermanfaat memperlancar proses pencernaan ini bisa dijual secara umum.
Hermi Ria Harmonis, penanggung jawab acara sekaligus alumni Biologi ini berharap, meski saat ini pameran biologi tersebut hanya dalam lingkup Biologi saja. Ke depan, akan diperluas hingga pameran setingkat institut. "Sekaligus menciptakan mahasiswa yang punya kompetensi dalam dunia usaha," ujar Hermi mengakhiri. (m9/hoe)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung