Tak banyak orang yang memilih menekuni olahraga otak semacam bridge. Tidak demikian halnya dengan Kukuh Indrayana. Mahasiswa Teknik Informatika ITS ini mengaku, dirinya berkenalan dengan olahraga bridge secara tidak sengaja saat kelas tiga SMA dulu. “Awalnya saya disuruh mengikuti tes psikotes gratis untuk mengetahui potensi bermain bridge,†ujarnya.
Merasa mendapat kesempatan mengikuti tes secara cuma-cuma, pria asli Surabaya ini enggan melewatkannya begitu saja. Dari hasil tes yang diikutinya tersebut, mahasiswa yang akrab disapa Kukuh ini dinyatakan berpotensi menjadi pemain brigde.
Itulah secuil perjalanan mahasiswa yang kini masih duduk di semester lima ini mengenal bridge. Siapa sangka berawal dari ketidaksengajaannya waktu itu, kini ia bisa mewakili Indonesia di kompetisi bridge internasional bersama Nur Ainia, rekannya di Pusat Latihan Cabang (Puslatcab) Surabaya. Sebelumnya, ia juga pernah meraih juara I Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur 2009 dan beberapa kejuaraan lainnya.
Mereka berdua bertanding dalam ASEAN Bridge Club Championship, kompetisi bridge antar klub tingkat ASEAN. Kompetisi yang digelar di Bangkok, ibu kota Negeri Gajah Putih ini melombakan tiga kategori, diantaranya adalah open pair, mix team, dan youth team. Tak ketingggalan, Indonesia turut berpartisipasi mengirimkan timnya.
Baik Nia maupun Kukuh, keduanya mengaku baru kali pertama bertanding di kancah internasional. “Ini pengalaman pertama saya tergabung dalam tim mewakili Indonesia,†ujar Nia yang masih duduk di semester tujuh jurusan Arsitektur ini.
Meski begitu, hasil yang diraih keduanya terbilang membanggakan. Dari tiga kategori yang dilombakan tersebut, tim Indonesia berhasil meraih juara tiga untuk kategori youth team. Mereka berhasil mengalahkan delapan tim terbaik se-ASEAN.
Berbagai pengalaman unik saat bertanding di luar negeri pun dialami keduanya. Yang cukup berkesan adalah kesempatan mereka bertemu dengan pemain-pemain bridge internasional. “Saya mendapat banyak ilmu dari Denny Sakul, salah seorang pemain bridge nasional,†terang Ketua Liga Bridge Junior Surabaya ini.
Pengalaman baru juga dialami Nia yang saat ini tengah sibuk mengikuti Peslatda untuk persiapan pra PON. “Paling berkesan justru saat bertanding di tim mix, kami merupakan satu-satunya tim yang masih junior,†jelasnya.
Bahkan di salah satu sesi, mereka sempat melawan Tim Ambassador yang beranggotakan juara dunia. “ Tanpa disangka kami menang. Meski pada akhirnya hanya bisa berada di peringkat 11dari 22 tim,†tutur bangga.
Ketika ditanya harapannya ke depan, Nia dan Teguh sepakat untuk tetap menekuni olahraga yang sekaligus menjadi hobinya tersebut. “Kami berharap bisa lolos seleksi kompetisi bridge junior se-Asia Pasifik Juni 2011 mendatang,†ujar keduanya kompak.
Tak ketinggalan, keduanya berharap rekan-rekannya di UK Bridge ITS juga bisa mewakil Indonesia di kompetisi internasional. (fi/hoe)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung