Maraknya penggunaan teknologi GPS menjadi perhatian khusus bagi para pakar geodesi. Bukan hanya karena fungsinya sebagai alat pemandu navigasi, lebih dari itu saat ini pemanfaatan teknologi ini sudah menjamah dunia militer bahkan sipil. Penggunaaanya pun tidak lagi perlu memakai perangkat canggih, lewat telepon genggam pun, GPS sudah bisa diakses. Mudahnya akses ini ternyata tidak diimbangi dengan keakuratan data hasil yang didapatkan. Fenomena inilah yang diulas dalam seminar yang digelar Jumat kemarin (19/11).
Dr Buldan Muslim mengawali dengan pemaparan efek ionosfer terhadap hasil pengukuran GPS. Dijelaskan bahwa sistem satelit yang mengirimkan gambar kepada penerima di bumi (receiver) dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu yang terpenting adalah kondisi lapisan atmosfer bagian ionosfer. Bagian atmosfer ini sangat rentan berubah oleh sifat-sifat magnetis dari dalam dan luar bumi. Salah satunya akibat badai matahari. “Secara kasat mata memang tidak nampak,†imbuh pria yang akrab disapa Buldan ini.
Jika hal ini ditelaah dengan perangkat mikroskopis akan didapatkan hasil yang mencengangkan. Pada lapisan ionosfer akan terdapat peningkatan kadar sinar X dan Ultraviolet. Secara tidak langsung akan meningkatkan medan magnet yang besar hingga timbul medan listrik. Adanya muatan listrik di lapisan atmosfer ini membuat hasil penerima GPS bisa melenceng. “Dalam kondisi normal biasanya hanya sampai 15 meter namun jika ada badai matahari bisa mencapai ratusan meter,†ungkapnya.
Sementara itu Mokhamad Nur Cahyadi ST MSc lebih mengulas tentang pola kerja GPS dibandingkan dengan Inertial Navigator System (INS). Menurut pola sistem kerja, GPS memiliki kelemahan yang hanya bisa menghasilkan data dalam sedetik (low data rate) dan memiliki standar error yang semakin meninggi. Hal ini berbeda dengan model INS.
Dengan menggunakan dua komponen utama INS bisa diperoleh data yang lebih banyak daripada sistem GPS. Pertama, komponen Gyroscope yang bisa mengukur angular momentum dan Axelerometer yang berfungsi sebagai penghitung percepatan. “Sehingga bisa didapatkan arah dan percepatan yang didapatkan,†ungkapnya.
Seminar kali ini juga menghadirkan Drs Bambang Setyahadi MSc dan Drs Effendi MSc yang banyak mengulas tentang penerapan GPS di lingkup sipil dan ilmuwan. (hoe/bah)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan