Risma yang didapuk menjadi pembicara pertama menjelaskan program-program kerja pemerintah kota yang berkaitan dengan pembenahan lingkungan. Contohnya pembangunan taman di daerah padat polusi dan di tepi sungai, penanaman mangrove untuk konservasi alam, penanganan limbah dan polusi serta pembangunan taman di daerah padat polusi dan di tepi sungai. “Bukan gara-gara saya dijuluki wagiman yang berarti walikota gila taman, tetapi yang terpenting menjadikan kota ini lebih sehat,” tegasnya disambut tawa hadirin.

Dalam programnya Risma juga bertekad melibatkan masyarakat secara langsung untuk membangun ekonomi Kota Surabaya melalui pengembangan usaha unggulan mandiri. Dengan bantuan pembinaan dari pusat seperti melatih tenaga ahli, mengajarkan cara mengekspor dan memasarkan, serta sistem manajemen pengelolaan uang, potensi lingkungan dapat diberdayakan.

Beberapa contoh usaha yang sudah mulai bergerak di Surabaya adalah Kampung Sepatu di Tambak Oso, Kampung Tempe Tenggilis, Kampung Ilmu yang menjual buku bekas, Kampung Bordir, hingga Kampung Lontong yang tiap harinya bisa menghabiskan hingga 12 ton beras. “Saya berprinsip jika mereka (masyarakat, Red) telah mapan dari segi ekonomi maka akan berdaya di segi apapun,” cetus Risma.

Di sisi lain Menteri Negara Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa dalam materinya menjelaskan tentang permasalahan pengadaan rumah bagi angkatan pertama kerja, baik itu mahasiswa, para lulusan yang baru bekerja atau bahkan para PNS yang sudah bekerja selama bertahun-tahun tetapi masih belum bisa membeli rumah. “Padahal rumah saat ini sudah menjadi keharusan, yang nantinya akan membentuk kelompok dan menjadi modal sebagai sebuah bangsa”, ujarnya. Oleh karena itu menurut Suharso perlu diadakan peningkatan softskill dan modal untuk swadaya, serta pengadaan lapangan kerja bagi masyarakat maupun mahasiswa. Tak lupa juga bantuan pemerintah berupa subsidi untuk pembiayaan perumahan rakyat yang telah disesuaikan dengan harga terjangkau. (*/tyz)