ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
04 November 2010, 17:11

Bahas Emisi, Profesor Taiwan Ajak Budidayakan Mikroalga

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebelum memaparkan lebih dalam mengenai emisi gas karbondioksida, Weng-Teng Wu menunjukkan supply energy di Taiwan pada tahun 2007. “Di sini, penggunaan petroleum menempati urutan pertama sebanyak 51,4 persen,” terangnya. Data tersebut disusul dengan pemakaian energi batubara sebesar 32,12 persen, gas alam impor 8,11 persen, dan energi nuklir 7,97 persen.

Dari penggunaan energi tersebut, emisi gas karbon dioksida yang dicapai Taiwan sebesar 261,3 juta ton per tahun. “Ini sama dengan satu persen dari emisi dunia,” tambah dosen jurusan Teknik Kimia tersebut. Jumlah tersebut menempati urutan ke-21 dalam skala dunia. Sedangkan, jumlah emisi gas per orang justru menempati urutan ke-18.

Jika jumlah emisi sudah diketahui, lanjut Weng-Teng Wu, konvensi energi dunia pun bisa diprediksi. Konvensi ini mampu dicapai melalui penggunaan renewable energy, termasuk biomassa, solar, ocean, hidrogen, dan panas bumi. “Supply energy dari renewable energy seharusnya tiga sampai lima persen pada tahun 2010 ini,” ulasnya.

Mengenai peran Teknik Kimia dalam mitigasi emisi, ada dua produk kimia yang dihasilkan yakni Diphenyl Carbonate (DPC) oleh Oriental Union Chemical  Cooperation ( OUCC ) dan asam asetat oleh Chang Chun Petrochemical Co (CCP). “Asam asetat yang diproduksi sebesar 450 ribu ton per tahun” ungkap Weng-Teng Wu lagi.

Sedangkan peran biokimia lebih berkutat pada budidaya mikroalga. Mengapa harus mikroalga? Dengan jelas Weng-Teng Wu mengungkap alasan penggunaan mikroalga. "Karbondioksida dapat didaur ulang dan digunakan kembali,” ungkap professor dari Tainan ini. Selain itu, mikroalga juga memiliki tingkat fotosintesis yang tinggi per biomassa.

Di Taiwan, mikroalga sudah dibudidayakan. Sebab, negara ini kekurangan pasokan. Padahal konsumsi diesel sekitar 4,6 ton. Weng-Teng Wu pun mengungkap sistem budidaya mikroalga yang telah dilakukan negaranya. “Ada sistem Photobioreactors design dan cultivation strategies,” ujarnya.

Dengan detail, sang profesor memaparkan model sistem dan perhitungannya. Bahkan, tak lupa, ia mencantumkan reaksi-reaksi transesterifikasi dalam penggunaan mikroalga. “Mikroalga bisa menjaadi biofuel yang prospektif,” tegasnya. Baginya, budidaya mikroalga dapat memaksimalkan manfaat energi. (esy/bah)
         

Berita Terkait