ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
26 Oktober 2010, 10:10

Ketut, Terapkan Ilmu Statistika di Bidang Teknologi Kelautan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ditemui di ruang kerjanya Senin (25/10), Ketut mengungkapkan ketertarikannya soal teori realibilitas atau yang dalam kata lain disebut juga keandalan. "Keandalan itu dasarnya ilmu peluang dan ilmu peluang merupakan bagian dari ilmu statistika," jelasnya. Hanya saja, Ia mendalami ilmu peluang tersebut khusus untuk bidang sistem perkapalan.

Ayah empat orang anak ini berpendapat bahwa ilmu peluang adalah ilmu yang sangat perlu dalam konteks rekayasa keandalan sistem wahana laut. "Kita bisa memprediksi peluang sukses suatu kapal sampai ke tempat tujuan, sehingga untuk kapal dengan peluang sukses yang kecil tentu tidak akan diberangkatkan," ungkapnya.

Selain itu dapat diketahui pula di pelabuhan mana saja sebuah kapal harus mengalami perawatan. Hal ini akan mempermudah dalam persiapan suku cadang kapal. "Karena biasanya ketika kapal mengalami kerusakan, suku cadang yang diperlukan belum tentu tersedia di pelabuhan tempat kapal tersebut berhenti," ujar lulusan S2 University of Newcastle Inggris ini.

Awalnya ketertarikan Ketut pada teori realibilitas disebabkan oleh belum adanya dosen Jurusan Sistem Perkapalan yang mendalami tentang itu. "Jadi saya berkeinginan untuk mempelajari realibilitas," ungkapnya. Berbeda dengan orang statistika yang mempelajati bagaimana rumus realibilitas dibuat, Ketut mempelajari bagaimana rumus itu dapat diterapkan dalam sistem perkapalan.

Lulusan S3 Kobe University Jepang ini juga banyak terlibat dalam berbagai penelitian sejak 1995 yang kelasnya lokal hingga internasional. Salah satu penelitian kebanggaannya, yang sampai saat ini masih berlangsung, adalah penelitian untuk pengembangan Floating Liquefied Natural Gas (LNG). Penelitian ini sudah berlangsung sejak 2009 lalu hingga sekarang dan merupakan kerjasama antara ITS dengan Daewoo Shipyard and Marine Engineering (DSME).

Targetnya adalah membuat galangan kapal terbesar di dunia yang menjadi tempat dikembangkannya Floating LNG. Jadi gas yang sumbernya ada di dasar laut dapat disedot oleh kapal ini dan diolah menjadi LNG secara langsung. Ini merupakan revolusi dari cara penyedotan sumber gas menggunakan pipa dan pengolahannya yang dilakukan di darat. "Cara konvensional seperti ini suda tidak efektif karena setelah sumber gas di titik tertentu bawah laut sudah habis, maka pipa akan menjadi museum yang hanya akan menjadi sampah," ungkap pria yang lahir di Singaraja, Bali ini.

Menggunakan kapal yang dapat tahan hingga 30 tahun untuk menghasilkan LNG merupakan hal yang lebih praktis dan banyak keuntungannya. "Kapal bisa berpindah-pindah menuju sumber gas lain ketika  gas di titik tertentu sudah habis," jelas Ketut lagi. Menurut Ketut konsep ini cocok diterapkan di Indonesia, karena sumber gas di Indonesia jumlahnya tidak besar dan tempatnya pun jarang. "Jika penelitian ini berhasil, maka ini akan menjadi yang pertama kalinya di dunia," tambah Ketua International Office ITS ini.

Ketut memendam harapan besar terkait Rencana Strategis ITS yang mengungkapkan bahwa pada 2017 mendatang ITS akan menjadi research university. Ketut sendiri mengakui bahwa untuk menuju hal tersebut bukan hal yang mudah. "Banyak PR yang harus digarap ITS dalam selang waktu tujuh tahun ini, dan tujuh tahun itu bukan waktu yang lama," ujar pria yang ketika dibangku dan sekolah hobi berorganisasi ini.

Menurut Ketut, gelar research university akan diperoleh ITS ketika dosen ITS mampu memperoleh 15 kredit sitasi per tahun untuk jurnal penelitiannya. Jadi penelitian yang dibuat oleh dosen ITS tidak boleh penelitian yang asal-asalan. Penelitian tersebut harus mampu menjadi referensi peneliti lain, terutama peneliti dari luar negeri. Selain itu 83% dari jurusan yang ada di ITS harus mempunyai program S3 dan masih banyak yang harus dikejar ITS untuk menjadi research university.

Ketut juga menghimbau kepada tiap jurusan di ITS untuk benar-benar memperdayakan laboratoriumnya. "Jika laboratorium tidak diberdayakan secara optimal, jangan berharap ITS dapat menjadi research university," tegas Ketut. Ketut pun mendambakan adanya riset multidisiplin. Jadi riset yang dilakukan melibatkan banyak disiplin ilmu, tidak hanya dari satu Jurusan saja. "Dalam waktu dekat saya berharap laboratorium di ITS semakin maju, mahasiswa pascasarjana semakin banyak, kerjasama dengan pihak luar negeri semakin banyak, dan dana penelitian bagi dosen dan mahasiswa pun semakin banyak," tutup Ketut. (sat/yud)

Berita Terkait