ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
25 Oktober 2010, 12:10

Soeprijanto, Tidak Pernah Terpikir Menjadi Dosen

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ramah dan murah senyum, itulah kesan saat bertemu dengan Soeprijanto disela-sela istirahat rapat senat ITS. Guru besar yang baru dikukuhkan beberapa minggu lalu ini memiliki kisah hidup sendiri. Soeprijanto tidak pernah terpikir untuk menjadi seorang dosen apalagi guru besar. "Saya merupakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan kimia industri dan tidak terfokus untuk melanjutkan ke perguruan tinggi," cerita dosen D3 Teknik Kimia ini. Namun ternyata, Soeprijanto diterima sebagai mahasiswa di jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.

"Setelah lulus saya ingin bekerja di industri, tapi ternyata diterima menjadi dosen di ITS," ungkap Soeprijanto, yang menempuh pendidikan master di The University of Ghent, Belgia. Wujud dari tri dharma yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian benar-benar dilaksanakan oleh Soeprijanto. Puluhan jurnal ilmiah telah diterbitkan lewat tangannya. Belasan program pengabdian pun ditekuni oleh Ketua Laboratorium D3 Teknik Kimia ini. Menjadi tim Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi sampai mengisi kuliah tamu di National Taiwan University of Science and Technology pernah dilakoninya.

Penelitian terakhir dari Soprijanto mengenai pemanfaatan limbah pertanian menjadi sumber energi terbarukan biofuel. Dimana batang jagung, batang tebu dan sejenisnya yang mengandung lignoselulose difermentasi dan dihiidrolisis menjadi bahan bakar ethanol. "Sebenarnya banyak limbah indutri yang bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi," ungkap pria kelahiran Surabaya 52 tahun lalu.

"Menjadi guru besar adalah sebuah awal untuk memberikan yang terbaik bagi ITS dan bangsa," tutur Soeprijanto.Kerja keras, merupakan hal yang menghantarkan Soeprijanto menempati posisi tertinggi di bidang akademik. "Tidak berhenti belajar dan melakukan tri dharma," pesannya bagi dosen lain.

Kerja Keras Sejak Mahasiswa

Soeprijanto mengaku kecewa dengan mahasiswa jaman sekarang karena semangat untuk belajar semakin melemah. "Padahal saat ini sudah tersedia berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan akademik namun masih saja banyak mahasiswa yang malas belajar," jelasnya. Banyak mahasiwa asal fotokopi diktat tapi tidak dibaca. "Malah, banyak mahasiswa yang baru belajar saat ujian karena ujiannya open book,"lanjut Soeprijanto kemudian.

Soeprijanto mengaku senang mengumpulkan dan mempelajari buku saat mahasiswa."Saat saya mahasiswa, pasti menyempatkan diri untuk belajar setiap hari setelah maghrib sampai jam sembilan malam, itu saja masih pontang-panting," cerita penulis buku Pengolahan Limbah Industri Kimia tersebut.(el/az)

Berita Terkait