ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
20 Oktober 2010, 18:10

Tanya Jawab Bacarek Menuju Research University

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kelima bacarek ITS yang terdiri dari Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD, Prof Ir Noor Endah MSc PhD, Mochammad Hariadi ST MSc PhD, Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA,dan Prof Ir Daniel Mohammad Rosyid PhD menghadapi sesi tanya jawab usai memaparkan presentasi.

Masing-masing bacarek diberi waktu 30 menit untuk melakukan presentasi sedangkan 3 menit untuk menjawab pertanyaan. Salah satu pertanyaan menarik yang diulas selama sesi tersebut mengenai jumlah mahasiswa S1 lebih banyak dibanding mahasiswa program pasca sarjana.

Noor, sebagai satu-satunya bacarek perempuan mengungkapkan pandangannya mengenai masalah tersebut. “Saat ini jumlah mahasiswa S1 memang sangat banyak dan kualitasnya agak menurun,” jelas Noor. Sementara untuk program pasca sarjana, Noor juga mengakui jika kualitasnya masih belum sebagus yang diharapkan.

Namun untuk menjadi research university, menurut dosen Teknik Sipil ITS ini tidak berarti pula harus mengabaikan kualitas program S1. "Karena hal tersebut sangat penting sebagai input mahasiswa pasca," urainya.

Sedikit berbeda dengan Noor , Probo menilai kualitas mahasiswa program sarjana sudah cukup baik dari segi kualitas. Hal tersebut diperjelas Probo dengan ketatnya penjaringan saat tes masuk. Saat ditanya mengenai jumlah mahasiswa S1 lebih banyak ketimbang S2, Probo mengaku, mahasiswa S1 tidak boleh diabaikan untuk pengembangan ITS menuju research university.

Sementara itu, bakal calon rektor lain, Hariadi, menekankan pentingnya memberdayakan mahasiswa program sarjana. “Selama ini saya sudah mencoba hal tersebut dengan memberdayakan para mahasiswa S2 di laboratorium,” terang Hariadi. Dosen asal Teknik Elektro ini juga tak memungkiri, jika mahasiswa S1 bisa menjadi kunci keberhasilan program pasca sarjana hingga nantinya mampu membawa ITS menjadi institut riset.

Lain lagi dengan Daniel, dosen Teknik Kelautan tersebut beranggapan, jumlah mahasiswa program sarjana memang tidak boleh terlalu banyak untuk menuju perguruan tinggi berbasis riset. Tak ketinggalan, Daniel juga mengaitkan kualitas mahasiswa S1 tersebut dengan kemampuan softskill-nya. “Softskill menjadi sangat penting untuk mencetak mahasiswa yang berkualitas,” ujarnya.

Tak ketinggalan, Triyogi juga memberikan pandangannya. Dengan gaya sedikit santai, ia menyikapi hal tersebut sebagai sesuatu yang dilematis. Dosen Teknik Mesin ini tak menampik jika untuk menjadi research university, jumlah mahasiswa S2 harus lebih banyak. ”Hanya saja untuk saat ini, jumlahnya memang masih sedikit,” ujarnya. Namun Triyogi menyampaikan, hal tersebut tidak akan menjadikan mahasiswa program sarjana harus diabaikan. (humas/fi/az)

Berita Terkait